Mbak Maya mungkin dulunya hanya teman SMA atau seorang selebriti lokal, tapi sekarang mendunia. Dunia maya makin merajalela sebagai pertanda makin canggihnya jaman. Semua serba maya, serba virtual, serba elektronik, paperless, wireless, timeless atau apalah. Dulunya kita hanya mengenal e-mail sebagai surat elektronik (surel), sekarang hampir semua hal di-elektronik-kan. Mulai dari e-KTP, e-money, e-wallet, e-ticket, bahkan e-sport!
Walaupun saat ini masih belum sepenuhnya maya seperti halnya e-mail, beberapa masih dibantu dengan benda kasat mata berupa kartu. Maklum, lah. Masih belum banyak yang bisa percaya sepenuhnya terhadap hal-hal yang tidak tampak. Masih banyak yang belum bisa percaya bahwa alam gaib itu ada. Tak ada bedanya dengan takhayul, ngibul! Ah, itu kan dunia lain?
Bagi orang yang lahir di jaman "primitif" seperti saya, kemudian hidup di rentang perkembangan tekhnologi pesat, saya bisa melihat sebuah revolusi tekhnologi yang luar biasa. Saya harus takjub dengan semua ini. Manusia memang ciptaan Tuhan yang luar biasa, yang hasil karyanya bisa seperti ini. Walaupun tidak semua manusia luar biasa juga sih.
Sayapun punya bayangan di satu titik permulaan dari semua ini. Ya, semua ini gara-gara penemuan semikonduktor. Mulai dari semikonduktor sederhana yang kemudian seiring jaman terus dikembangkan semakin canggih menjadi suatu prosesor yang mengolah dan menyimpan data besar berkat kolaborasi umat manusia di seluruh penjuru dunia. Mungkin anak-anak yang lahir di jaman yang agak kemudian, tidak begitu paham apa hubungannya semikonduktor dengan dunia maya.
Lupakanlah, mungkin semikonduktor sekarang sudah lain istilahnya. Saya tidak mempelajari detil di bagian itu, melainkan saya memilih belajar di bagian yang lain. Saya hanya menjadi bagian yang memanfaatkannya saja. Saya berusaha menyesuaikan diri agar tidak terlalu jadul, terlalu gaptek, terlalu awam akibat nggak peduli dengan perkembangan tekhnologi.
Memang tidak semua yang dihasilkan oleh perkembangan tekhnologi bermanfaat secara langsung buat kita, termasuk saya. Ada beberapa yang tadinya sekedar tahu, akhirnya memang harus tahu karena kita wajib memanfaatkannya. Misalkan saja e-mail, e-KTP, juga e-money. Yang terakhir ini saya tadinya juga tidak butuh-butuh banget, tapi lama-lama tuntutan jaman ini mengharuskan saya menggunakannya juga.
E-money, uang elektronik, duit yang gak nampak ini pun semakin banyak digunakan orang. Saya tadinya hanya perlu Go-Pay, tapi kemudian banyak uang elektronik lain yang berkembang dengan pemanfaatan yang berbeda-beda. Untuk naik ojek atau taksi online mungkin bisa pakai Go-pay, tapi untuk naik kereta api butuh LinkAja, untuk masuk tol butuh e-toll, untuk nonton bioskop, perlu M-Tix, jadinya uang kita banyak berceceran di mana-mana gitu deh.
Banyak pilihan untuk berbagai keperluan. Memang kebutuhan orang berbeda-beda, tapi kalau kebutuhan kita makin majemuk begitu, mana enak punya banyak macam uang elektronik? Saya sih berharap ke depan kita sepakat punya satu jenis uang elektronik saja. Tak perlu pakai kartu banyak dan bermacam-macam.
Sekarang semuanya pakai kartu. Kartu ATM, kartu identitas, kartu member, belum lagi kartu yang berisi duit receh seperti e-money ini. Saya sendiri sudah hampir setahun gak pernah bawa dompet lagi. Ke mana-mana bawanya kartu. Karena punya banyak kartu, saya pakainya card-holder. Kalau perlu transaksi di toko, saya biasa pakai kartu ATM. Belakangan saya akhirnya punya e-money juga. Tadinya saya merasa gak perlu punya e-money karena pemanfaatannya saya pikir paling buat bayar tol saja. Lha di luar Jawa tempat saya tinggal kan belum ada jalan tol? Tapi ternyata bisa dipakai buat belanja di Alfamart. Keren deh.
Jadinya sekarang kalau belanja tidak perlu minimal 50.000 rupiah atau 100.000 rupiah yang harus menggunakan Kartu ATM. Pakai e-money bisa lebih receh lagi, buat isi bensin motor, buat beli snack dan minuman di toko, dan keperluan kecil-kecilan lainnya.
Sebenarnya sudah ada uang elektronik yang tidak perlu pakai kartu. Pakai ponsel pintar. Dengan aplikasi saja kita sudah bisa transaksi dengan cara melakukan pemindaian terhadap barcode yang dipasang di merchant-merchant tertentu. Ya memang sayangnya terlalu banyak aplikasi yang menawarkan jasa e-money. Duit kita jadi berceceran di mana-mana. Kalau banyak duit sih gakpapa, hehehe. Namanya juga bisnis, orang maunya ngambilin duit kita terus. Kita yang memiliki budaya konsumtif dan kurang pengendalian bisa jadi “korban” para pelaku bisnis ini.
Ya walaupun nilainya receh-receh gitu kalau dikumpulin dari orang banyak bisa ngumpul banyak juga. Secara kumulatif, recehan tadi jadi banyak dan bisa bernilai investasi tinggi. Bagi kita uang itu hanya recehan dan kita simpen di sana, tapi bagi pengelola, uang kita itu diputer lagi dan jadi duit lagi. Keuntungannya lumayan. Kalau kamu tertarik, silahkan dipelajari sendiri deh. Bagi saya, saya cukup tahu segitu saja. Selebihnya saya akan mengatur pengeluaran biar tidak jadi boros. Cari duit katanya susah. Pengorbanannya itu lho... sampai keluar daerah. Hahahah....
Walaupun saat ini masih belum sepenuhnya maya seperti halnya e-mail, beberapa masih dibantu dengan benda kasat mata berupa kartu. Maklum, lah. Masih belum banyak yang bisa percaya sepenuhnya terhadap hal-hal yang tidak tampak. Masih banyak yang belum bisa percaya bahwa alam gaib itu ada. Tak ada bedanya dengan takhayul, ngibul! Ah, itu kan dunia lain?
Bagi orang yang lahir di jaman "primitif" seperti saya, kemudian hidup di rentang perkembangan tekhnologi pesat, saya bisa melihat sebuah revolusi tekhnologi yang luar biasa. Saya harus takjub dengan semua ini. Manusia memang ciptaan Tuhan yang luar biasa, yang hasil karyanya bisa seperti ini. Walaupun tidak semua manusia luar biasa juga sih.
Sayapun punya bayangan di satu titik permulaan dari semua ini. Ya, semua ini gara-gara penemuan semikonduktor. Mulai dari semikonduktor sederhana yang kemudian seiring jaman terus dikembangkan semakin canggih menjadi suatu prosesor yang mengolah dan menyimpan data besar berkat kolaborasi umat manusia di seluruh penjuru dunia. Mungkin anak-anak yang lahir di jaman yang agak kemudian, tidak begitu paham apa hubungannya semikonduktor dengan dunia maya.
Lupakanlah, mungkin semikonduktor sekarang sudah lain istilahnya. Saya tidak mempelajari detil di bagian itu, melainkan saya memilih belajar di bagian yang lain. Saya hanya menjadi bagian yang memanfaatkannya saja. Saya berusaha menyesuaikan diri agar tidak terlalu jadul, terlalu gaptek, terlalu awam akibat nggak peduli dengan perkembangan tekhnologi.
Memang tidak semua yang dihasilkan oleh perkembangan tekhnologi bermanfaat secara langsung buat kita, termasuk saya. Ada beberapa yang tadinya sekedar tahu, akhirnya memang harus tahu karena kita wajib memanfaatkannya. Misalkan saja e-mail, e-KTP, juga e-money. Yang terakhir ini saya tadinya juga tidak butuh-butuh banget, tapi lama-lama tuntutan jaman ini mengharuskan saya menggunakannya juga.
E-money, uang elektronik, duit yang gak nampak ini pun semakin banyak digunakan orang. Saya tadinya hanya perlu Go-Pay, tapi kemudian banyak uang elektronik lain yang berkembang dengan pemanfaatan yang berbeda-beda. Untuk naik ojek atau taksi online mungkin bisa pakai Go-pay, tapi untuk naik kereta api butuh LinkAja, untuk masuk tol butuh e-toll, untuk nonton bioskop, perlu M-Tix, jadinya uang kita banyak berceceran di mana-mana gitu deh.
Banyak pilihan untuk berbagai keperluan. Memang kebutuhan orang berbeda-beda, tapi kalau kebutuhan kita makin majemuk begitu, mana enak punya banyak macam uang elektronik? Saya sih berharap ke depan kita sepakat punya satu jenis uang elektronik saja. Tak perlu pakai kartu banyak dan bermacam-macam.
Sekarang semuanya pakai kartu. Kartu ATM, kartu identitas, kartu member, belum lagi kartu yang berisi duit receh seperti e-money ini. Saya sendiri sudah hampir setahun gak pernah bawa dompet lagi. Ke mana-mana bawanya kartu. Karena punya banyak kartu, saya pakainya card-holder. Kalau perlu transaksi di toko, saya biasa pakai kartu ATM. Belakangan saya akhirnya punya e-money juga. Tadinya saya merasa gak perlu punya e-money karena pemanfaatannya saya pikir paling buat bayar tol saja. Lha di luar Jawa tempat saya tinggal kan belum ada jalan tol? Tapi ternyata bisa dipakai buat belanja di Alfamart. Keren deh.
Jadinya sekarang kalau belanja tidak perlu minimal 50.000 rupiah atau 100.000 rupiah yang harus menggunakan Kartu ATM. Pakai e-money bisa lebih receh lagi, buat isi bensin motor, buat beli snack dan minuman di toko, dan keperluan kecil-kecilan lainnya.
Sebenarnya sudah ada uang elektronik yang tidak perlu pakai kartu. Pakai ponsel pintar. Dengan aplikasi saja kita sudah bisa transaksi dengan cara melakukan pemindaian terhadap barcode yang dipasang di merchant-merchant tertentu. Ya memang sayangnya terlalu banyak aplikasi yang menawarkan jasa e-money. Duit kita jadi berceceran di mana-mana. Kalau banyak duit sih gakpapa, hehehe. Namanya juga bisnis, orang maunya ngambilin duit kita terus. Kita yang memiliki budaya konsumtif dan kurang pengendalian bisa jadi “korban” para pelaku bisnis ini.
Ya walaupun nilainya receh-receh gitu kalau dikumpulin dari orang banyak bisa ngumpul banyak juga. Secara kumulatif, recehan tadi jadi banyak dan bisa bernilai investasi tinggi. Bagi kita uang itu hanya recehan dan kita simpen di sana, tapi bagi pengelola, uang kita itu diputer lagi dan jadi duit lagi. Keuntungannya lumayan. Kalau kamu tertarik, silahkan dipelajari sendiri deh. Bagi saya, saya cukup tahu segitu saja. Selebihnya saya akan mengatur pengeluaran biar tidak jadi boros. Cari duit katanya susah. Pengorbanannya itu lho... sampai keluar daerah. Hahahah....
0 komentar:
Posting Komentar