"Yang salah siapa?" inilah pertanyaan paling mudah ketika terjadi permasalahan. Kemudian, mencari-cari kesalahan orang lain adalah hal paling mudah selanjutnya. Entah mengapa yang namanya kambing hitam itu selalu harus ditemukan? Disadari atau tidak, yang paling mudah disalahkan adalah pimpinan. Dialah kambing hitam yang sesungguhnya. Maka dari itu, jangan jadi pemimpin kalau mau selamat.
Seperti sudah menjadi kodrat, siapapun pimpinannya, entah itu suatu negara, suatu lembaga, institusi, organisasi, bersiaplah disalahkan. Bersiaplah digunjing, dihina-hina, didiskreditkan, dikambinghitamkan, dianggap mendzolimi, dibully, dan sebagainya.
Menjadi Presiden adalah menjadi orang paling “berdosa” saat ini. Siapapun orangnya. Karena budaya menyalahkan sudah terlanjur mudah menular. Sekaranglah jamannya menyalahkan orang lain. Koreksi diri tidaklah populer. Orang yang mengajak koreksi diri pun dianggap belum tentu bisa melakukan koreksi diri.
Pemimpinlah yang salah. Ada yang salah juga dalam pendidikan dan pelatihan kepemimpinan saat ini. Orang jadi lupa bahwa dia juga harus memimpin dirinya sendiri pada saat yang sama dia memimpin orang lain. Bahkan dia harus bisa memimpin dirinya sendiri lebih dahulu sebelum dianggap bisa memimpin orang lain. Entahlah, bagaimana caranya memimpin diri sendiri itu. Sulit mungkin untuk dibayangkan. Terlalu abstrak!
Apalagi menyalahkan diri sendiri. Itu hampir mustahil. Ego itu di atas segalanya. Sangat anti untuk disalahkan. Yang salah adalah orang lain. Pasti ada pembenaran untuk memperjelas kesalahan orang. Pembenaran pun dicari. Hanya orang-orang yang memiliki kesamaan saja yang bisa berteman. Lainnya musuh! Perbedaan adalah hal yang biasa. Tetapi pemahaman akan perbedaan sudah tidak ada ruang lagi.
Setiap hari orang berantem. Melihat medsos hari ini sangat mengerikan sekali. Sikut sana, sikut sini, jadi takut mau nongol. Baru nongol sedikit pasti akan segera ditendang ke sana ke mari.
Sebenarnya ke mana sih orang-orang jaman now ini berkiblat? Kepada agama kah? Kepada pemimpin mereka kah? Kepada norma budaya yang dianutnya kah? Atau hanya berkiblat pada keinginan hawa nafsunya sendiri-sendiri dengan kedok hati nurani?
Orang-orang yang kelihatan kuat beragamanya, ternyata penabur kebencian juga. Tidak bisa melihat perbedaan. Bahkan banyak yang berbicara dan bertindak tidak sesuai dengan ajaran kebaikan. Ceramah-ceramah agama hanya dianggap guyonan tanpa mengubah perilaku menjadi lebih baik. Ditambah lagi sekarang ini sedang marak mengedit-edit ceramah, memotong-motong penjelasan, melahirkan pemahaman yang keliru bahkan malah diputarbalikkan untuk kepentingan nafsunya.
Norma-norma budaya peninggalan leluhur yang konon katanya harus dijunjung tinggi, dianggap sudah tidak sejalan dengan modernisasi. Budaya-budaya luar yang dianggap kekinian, asal sejalan dengan hati nurani yang berbalut nafsu, bisa dianggap sebagai bahan pembenaran. Apalagi ada komunitas kesamaan yang saling menguatkan. Makin kuat pembenarannya, yang lain tidak ada yang benar, yang lain hanyalah musuh!
Entah, terbuat dari apakah hati dan pikiran orang-orang sekarang ini. Mungkin dari plastik. Mungkin dari sampah yang dibuangnya sembarangan itu. Pohon-pohon yang dulu bisa menghasilkan buah-buahan segar, menyerap sari-sari plastik dari dalam tanah, yang tidak terurai oleh mikro-organisme. Ikan-ikan di laut memakan plastik-plastik hasil pembuangan sampah orang-orang itu. Ayam petelur, ayam pedaging, kambing, sapi, memakan remah-remah dan rumput yang juga terkandung unsur plastik di dalamnya.
Mungkin juga zat-zat aditif seperti pewarna, pengawet makanan, penyedap rasa, sisa-sisa insektisida, semuanya ikut bersenyawa dengan plastik-plastik tadi. Muaranya kemudian menjadi bahan makanan yang dicerna manusia, membentuk hati dan pikirannya yang kuat untuk menabur kebencian, mengajak berantem, memutarbalikkan keadaan, tidak memberi ruang perbedaan, dan membuat kehancuran di muka bumi.
Nah, semakin rumit kan? Kamu mau hidup di mana lagi kalau dunia sudah kacau begitu?
Tunggu…. Apakah hanya saya disini yang membuat segalanya jadi rumit? Apakah hanya saya yang bermasalah di hari ini? Mungkin juga iya. Hati dan pikiran saya mungkin sudah rusak juga. Tapi saya tidak sampai pada tataran menyebar kebencian. Saya juga membuang sampah di tempat yang disediakan untuk buang sampah. Kalau tidak disediakan, saya simpan dulu sampahnya, saya buang kemudian kalau sudah ada tempat sampah. Saya menghindari menebang pohon, kecuali pohon pisang yang sudah berbuah mendekati matang. Saya menyalakan AC sesuai kebutuhan. Saya tidak tahan dingin.
Memang semuanya harus dimulai dari diri sendiri. Berat rasanya mengajak orang, ketika kita sendiri belum bisa melakukannya. Tuntutan untuk menjadi role model bukanlah tuntutan yang selalu mudah untuk dipenuhi, tetapi harus dicoba. Memimpin diri sendiri itu tidak kalah sulitnya dengan memimpin orang lain. Tetapi jangan puas berhenti hanya dengan mahir memimpin diri sendiri, bermimpilah setinggi mungkin untuk bisa memimpin peradaban. Bawalah peradaban dunia menuju kepada kelestarian bumi satu-satunya tempat yang kita tinggali ini, agar bukan hanya nyaman untuk dihuni, tetapi juga senantiasa indah dan seksi.
Salam ….
Seperti sudah menjadi kodrat, siapapun pimpinannya, entah itu suatu negara, suatu lembaga, institusi, organisasi, bersiaplah disalahkan. Bersiaplah digunjing, dihina-hina, didiskreditkan, dikambinghitamkan, dianggap mendzolimi, dibully, dan sebagainya.
Menjadi Presiden adalah menjadi orang paling “berdosa” saat ini. Siapapun orangnya. Karena budaya menyalahkan sudah terlanjur mudah menular. Sekaranglah jamannya menyalahkan orang lain. Koreksi diri tidaklah populer. Orang yang mengajak koreksi diri pun dianggap belum tentu bisa melakukan koreksi diri.
Pemimpinlah yang salah. Ada yang salah juga dalam pendidikan dan pelatihan kepemimpinan saat ini. Orang jadi lupa bahwa dia juga harus memimpin dirinya sendiri pada saat yang sama dia memimpin orang lain. Bahkan dia harus bisa memimpin dirinya sendiri lebih dahulu sebelum dianggap bisa memimpin orang lain. Entahlah, bagaimana caranya memimpin diri sendiri itu. Sulit mungkin untuk dibayangkan. Terlalu abstrak!
Apalagi menyalahkan diri sendiri. Itu hampir mustahil. Ego itu di atas segalanya. Sangat anti untuk disalahkan. Yang salah adalah orang lain. Pasti ada pembenaran untuk memperjelas kesalahan orang. Pembenaran pun dicari. Hanya orang-orang yang memiliki kesamaan saja yang bisa berteman. Lainnya musuh! Perbedaan adalah hal yang biasa. Tetapi pemahaman akan perbedaan sudah tidak ada ruang lagi.
Setiap hari orang berantem. Melihat medsos hari ini sangat mengerikan sekali. Sikut sana, sikut sini, jadi takut mau nongol. Baru nongol sedikit pasti akan segera ditendang ke sana ke mari.
Sebenarnya ke mana sih orang-orang jaman now ini berkiblat? Kepada agama kah? Kepada pemimpin mereka kah? Kepada norma budaya yang dianutnya kah? Atau hanya berkiblat pada keinginan hawa nafsunya sendiri-sendiri dengan kedok hati nurani?
Orang-orang yang kelihatan kuat beragamanya, ternyata penabur kebencian juga. Tidak bisa melihat perbedaan. Bahkan banyak yang berbicara dan bertindak tidak sesuai dengan ajaran kebaikan. Ceramah-ceramah agama hanya dianggap guyonan tanpa mengubah perilaku menjadi lebih baik. Ditambah lagi sekarang ini sedang marak mengedit-edit ceramah, memotong-motong penjelasan, melahirkan pemahaman yang keliru bahkan malah diputarbalikkan untuk kepentingan nafsunya.
Norma-norma budaya peninggalan leluhur yang konon katanya harus dijunjung tinggi, dianggap sudah tidak sejalan dengan modernisasi. Budaya-budaya luar yang dianggap kekinian, asal sejalan dengan hati nurani yang berbalut nafsu, bisa dianggap sebagai bahan pembenaran. Apalagi ada komunitas kesamaan yang saling menguatkan. Makin kuat pembenarannya, yang lain tidak ada yang benar, yang lain hanyalah musuh!
Entah, terbuat dari apakah hati dan pikiran orang-orang sekarang ini. Mungkin dari plastik. Mungkin dari sampah yang dibuangnya sembarangan itu. Pohon-pohon yang dulu bisa menghasilkan buah-buahan segar, menyerap sari-sari plastik dari dalam tanah, yang tidak terurai oleh mikro-organisme. Ikan-ikan di laut memakan plastik-plastik hasil pembuangan sampah orang-orang itu. Ayam petelur, ayam pedaging, kambing, sapi, memakan remah-remah dan rumput yang juga terkandung unsur plastik di dalamnya.
Mungkin juga zat-zat aditif seperti pewarna, pengawet makanan, penyedap rasa, sisa-sisa insektisida, semuanya ikut bersenyawa dengan plastik-plastik tadi. Muaranya kemudian menjadi bahan makanan yang dicerna manusia, membentuk hati dan pikirannya yang kuat untuk menabur kebencian, mengajak berantem, memutarbalikkan keadaan, tidak memberi ruang perbedaan, dan membuat kehancuran di muka bumi.
Nah, semakin rumit kan? Kamu mau hidup di mana lagi kalau dunia sudah kacau begitu?
Tunggu…. Apakah hanya saya disini yang membuat segalanya jadi rumit? Apakah hanya saya yang bermasalah di hari ini? Mungkin juga iya. Hati dan pikiran saya mungkin sudah rusak juga. Tapi saya tidak sampai pada tataran menyebar kebencian. Saya juga membuang sampah di tempat yang disediakan untuk buang sampah. Kalau tidak disediakan, saya simpan dulu sampahnya, saya buang kemudian kalau sudah ada tempat sampah. Saya menghindari menebang pohon, kecuali pohon pisang yang sudah berbuah mendekati matang. Saya menyalakan AC sesuai kebutuhan. Saya tidak tahan dingin.
Memang semuanya harus dimulai dari diri sendiri. Berat rasanya mengajak orang, ketika kita sendiri belum bisa melakukannya. Tuntutan untuk menjadi role model bukanlah tuntutan yang selalu mudah untuk dipenuhi, tetapi harus dicoba. Memimpin diri sendiri itu tidak kalah sulitnya dengan memimpin orang lain. Tetapi jangan puas berhenti hanya dengan mahir memimpin diri sendiri, bermimpilah setinggi mungkin untuk bisa memimpin peradaban. Bawalah peradaban dunia menuju kepada kelestarian bumi satu-satunya tempat yang kita tinggali ini, agar bukan hanya nyaman untuk dihuni, tetapi juga senantiasa indah dan seksi.
Salam ….
1 komentar:
Casino Games & Bingo - JTM Hub
Join 대전광역 출장샵 the best online slots games and bingo tournaments 양주 출장샵 and get 안산 출장마사지 more 포항 출장안마 entertainment. Experience the excitement of real Vegas 문경 출장샵 gambling at the JTM casino.
Posting Komentar