Para superhero sekarang mainnya keroyokan. Nggak ada lagi kisah Spiderman lawan penjahat atau Superman lawan musuhnya satu lawan satu.
Mengapa?
Mungkin kisah kepahlawanan "solo karir" seperti yang sudah sering kita lihat di jaman dulu-dulu itu sudah dianggap ketinggalan jaman.
Tapi apakah memang begitu? Memang kita selama ini mengenal pahlawan super itu sebagai superhero dalam dunianya sendiri-sendiri. Kita tidak pernah menyangka bahwa ternyata Batman itu bisa bertemu Superman dan berantem dalam “dunia” yang sama. Ternyata pertemuan itu dimungkinkan untuk saat ini.
Setelah kelompok lakon “The Avengers” yang terdiri dari beberapa karakter pahlawan versi Marvel seperti: Iron Man, Captain America, Thor, Hulk, Spiderman dan lainnya muncul beberapa kali di layar lebar dalam versi keroyokan, tentunya, di akhir tahun ini akan hadir “Justice League” keroyokan versi DC Comics. Justice League ini menghadirkan Batman yang berkolaborasi dengan Wonder Woman untuk merekrut beberapa pahlawan super versi DC Comics seperti Aquaman, Cyborg dan The Flash untuk melawanpenjajah penjahat! Ceritanya melanjutkan film sebelumnya “Batman v Superman – Dawn of Justice” dimana endingnya Superman telah mati saat melawan Doomsday.
Dari beberapa sumber yang saya baca, dunia perfilman sudah menampilkan lebih dari 10 film Superman dan 12 film Batman untuk akhirnya ada ide mempertemukan kedua tokoh utama tersebut. Pertemuan itu begitu terasa seru untuk dinikmati, sama serunya dengan menikmati kisah-kisah mereka di saat masih "solo karir" dalam "dunia" masing-masing. Hal ini karena kisah kepahlawanan ala superhero terkenal seperti kisahnya Superman, Batman, Spiderman serta kehadiran karakter wanita seksi yang perkasa seperti Wonder Woman memang selalu memiliki daya tarik tersendiri bagi para pengidolanya.
Saya mengenal karakter-karakter ini sejak jaman dunia perfilman belum banyak melibatkan tekhnologi canggih seperti sekarang. Lagian saya waktu itu sebagai wong ndeso juga hampir tidak pernah mengenal yang namanya gedung bioskop. Jadi saya lebih banyak mengenal mereka dari gambar-gambar komik. Itupun bukan dari buku komik yang dibeli dari toko buku, melainkah hanya potongan komik bersambung yang terselip di salah satu halaman harian surat kabar yang waktu itu menjadi langganan bapak saya. Selain itu ada pula komik bersambung yang saya peroleh dari potongan surat kabar yang sudah dijadikan bungkus getuk lindri, makanan favorit saya waktu kecil. Dengan hikmat saya membaca komik itu sambil ngemil getuk, imajinasi saya pun merajalela. Melebihi kecanggihan tekhnologi perfilman yang mampu menghadirkan efek-efek visual maupun efek suara yang dahsyat saat ini.
Tapi sekali lagi, setiap pahlawan super saat itu menjadi judul tersendiri di setiap kisah. Tidak ada ceritanya si Batman bisa ketemu sama Superman seperti sekarang ini. Memang sempat ada yang namanya “kelompok lakon”, dimana para lakon petarung bersatu bekerjasama membasmi kejahatan, tapi cerita seperti itu kurang populer di saat itu. Cerita tentang lakon yang main keroyokan itu tidak dihargai di masa-masa saya kecil dulu. Dianggap bukan pahlawan. Pahlawan itu harus punya jiwa kesatria. Kalau berani, ya satu lawan satu. Biasanya musuhnya yang keroyokan, maklumlah, mereka manusia-manusia jahat yang pasti tidak lepas dari kecurangan.
Tapi perkembangan dunia manusia sekarang menuju ke hal yang berbeda. Manusia masa kini tidak lagi mengandalkan kekuatan-kekuatan individualistis seperti itu. Teori kepemimpinan dan teori manajemen sumber daya manusia saat ini mengajarkan manusia untuk berkolaborasi. Sebuah tim yang bekerja secara kolaborasi bisa menghasilkan capaian secara lebih efektif dan efisien.
Sekarang bukan lagi jamannya pemimpin super yang menentukan segalanya, mulai dari menetapkan visi-misi, memberi arahan, lalu memonitor serta mengevaluasinya seorang diri. Dalam arti kata, yang lain hanya membantu. Pemimpin masa depan adalah pemimpin yang ikut ambil bagian dalam sebuah gerakan pencapaian tujuan. Dia menjadi bagian kolaboratif dari sebuah tim yang masing-masing tahu tugas dan fungsinya yang unik, berbeda satu sama lainnya. Jadi ketika salah satu anggota tim tidak bekerja, maka gagalah fungsi tim tersebut. Tindakan antisipatif untuk back-up atas kegagalan ini menjadi tugas tim, bukan tugas pimpinan tim.
Menariknya, pemimpin masa depan tidak lagi harus memberikan arahan ke mana sebuah tim harus bergerak. Dia menggali informasi dan ide-ide dari anggotanya untuk mengambil keputusan terbaik. Dengan demikian setiap orang bisa saja menjadi pemimpin. Dia hanya perlu bakat untuk peduli, memiliki komitmen disamping kemampuannya yang terus diasah, sehingga dia selalu tahu apa dan kapan dia bisa berkontribusi untuk timnya. Tidak peduli seberapa besar kontribusi yang bisa dia berikan, yang pasti kehadiran setiap orang adalah penting.
Sebagai perumpamaan adalah sebuah roda dari pesawat terbang. Bahkan mungkin lebih kecil lagi, misalkan bagian dari roda yang kita sebut sebagai katup (pentil) yang menahan tekanan udara dalam roda sehingga roda itu tidak kempis. Untuk perangkat seukurannya, terlihat sepele dibandingkan dengan ukuran pesawat terbangnya. Tetapi ketika katup roda tersebut tidak berfungsi, bannya jadi nggembos (mengempis), maka pesawatpun tidak bisa terbang.
Manusia masa depan menyadari bahwa dia diciptakan untuk peran-peran tertentu. Dia diciptakan untuk menjadi bagian dari sebuah kolaborasi besar yang tujuan akhirnya adalah membuat kehidupan ini menjadi lebih berarti. Urusan makan, minum dan kesejahteraan lainnya hanyalah dampak kecil yang otomatis akan dia dapatkan ketika dia bersama timnya sudah berkolaborasi menghasilkan hal yang besar.
Mengenai besar kecilnya bakat kepemimpinan tergantung seberapa besar dia akan melibatkan diri ke dalam kelompoknya. Dia harus belajar banyak tentang hubungan, keterikatan, interkoneksi, interdependensi, pengaruh, serta analisa-sintesa yang berkaitan dengan sistem-sistem menyeluruh. Hal ini juga pernah saya tulis di postingan terdahulu. Dengan begitu nantinya seseorang akan ditempa dan diasah lebih tajam agar lebih berkontribusi dalam kelompok. Walaupun perannya saat ini hanya sebatas "katup roda pesawat", tetapi sebagai manusia dia bisa mengembangkan peranan itu menjadi kapasitas yang lebih besar lagi.
Tidak ada kata terlambat untuk pengembangan diri. Ayo Guys! Kuasai dunia! But you can't fuck the world alone!
So, kamu mau jadi pahlawan super atau mau jadi diri sendiri?
Kalau saya sih berharap bisa nonton Justice League yang akan main di akhir tahun ini. Rencananya November akan tayang di bioskop seluruh dunia. Bagi yang penasaran, silahkan intip trailernya di bawah ini:
Mengapa?
Mungkin kisah kepahlawanan "solo karir" seperti yang sudah sering kita lihat di jaman dulu-dulu itu sudah dianggap ketinggalan jaman.
Tapi apakah memang begitu? Memang kita selama ini mengenal pahlawan super itu sebagai superhero dalam dunianya sendiri-sendiri. Kita tidak pernah menyangka bahwa ternyata Batman itu bisa bertemu Superman dan berantem dalam “dunia” yang sama. Ternyata pertemuan itu dimungkinkan untuk saat ini.
Setelah kelompok lakon “The Avengers” yang terdiri dari beberapa karakter pahlawan versi Marvel seperti: Iron Man, Captain America, Thor, Hulk, Spiderman dan lainnya muncul beberapa kali di layar lebar dalam versi keroyokan, tentunya, di akhir tahun ini akan hadir “Justice League” keroyokan versi DC Comics. Justice League ini menghadirkan Batman yang berkolaborasi dengan Wonder Woman untuk merekrut beberapa pahlawan super versi DC Comics seperti Aquaman, Cyborg dan The Flash untuk melawan
Dari beberapa sumber yang saya baca, dunia perfilman sudah menampilkan lebih dari 10 film Superman dan 12 film Batman untuk akhirnya ada ide mempertemukan kedua tokoh utama tersebut. Pertemuan itu begitu terasa seru untuk dinikmati, sama serunya dengan menikmati kisah-kisah mereka di saat masih "solo karir" dalam "dunia" masing-masing. Hal ini karena kisah kepahlawanan ala superhero terkenal seperti kisahnya Superman, Batman, Spiderman serta kehadiran karakter wanita seksi yang perkasa seperti Wonder Woman memang selalu memiliki daya tarik tersendiri bagi para pengidolanya.
Saya mengenal karakter-karakter ini sejak jaman dunia perfilman belum banyak melibatkan tekhnologi canggih seperti sekarang. Lagian saya waktu itu sebagai wong ndeso juga hampir tidak pernah mengenal yang namanya gedung bioskop. Jadi saya lebih banyak mengenal mereka dari gambar-gambar komik. Itupun bukan dari buku komik yang dibeli dari toko buku, melainkah hanya potongan komik bersambung yang terselip di salah satu halaman harian surat kabar yang waktu itu menjadi langganan bapak saya. Selain itu ada pula komik bersambung yang saya peroleh dari potongan surat kabar yang sudah dijadikan bungkus getuk lindri, makanan favorit saya waktu kecil. Dengan hikmat saya membaca komik itu sambil ngemil getuk, imajinasi saya pun merajalela. Melebihi kecanggihan tekhnologi perfilman yang mampu menghadirkan efek-efek visual maupun efek suara yang dahsyat saat ini.
Tapi sekali lagi, setiap pahlawan super saat itu menjadi judul tersendiri di setiap kisah. Tidak ada ceritanya si Batman bisa ketemu sama Superman seperti sekarang ini. Memang sempat ada yang namanya “kelompok lakon”, dimana para lakon petarung bersatu bekerjasama membasmi kejahatan, tapi cerita seperti itu kurang populer di saat itu. Cerita tentang lakon yang main keroyokan itu tidak dihargai di masa-masa saya kecil dulu. Dianggap bukan pahlawan. Pahlawan itu harus punya jiwa kesatria. Kalau berani, ya satu lawan satu. Biasanya musuhnya yang keroyokan, maklumlah, mereka manusia-manusia jahat yang pasti tidak lepas dari kecurangan.
Tapi perkembangan dunia manusia sekarang menuju ke hal yang berbeda. Manusia masa kini tidak lagi mengandalkan kekuatan-kekuatan individualistis seperti itu. Teori kepemimpinan dan teori manajemen sumber daya manusia saat ini mengajarkan manusia untuk berkolaborasi. Sebuah tim yang bekerja secara kolaborasi bisa menghasilkan capaian secara lebih efektif dan efisien.
Sekarang bukan lagi jamannya pemimpin super yang menentukan segalanya, mulai dari menetapkan visi-misi, memberi arahan, lalu memonitor serta mengevaluasinya seorang diri. Dalam arti kata, yang lain hanya membantu. Pemimpin masa depan adalah pemimpin yang ikut ambil bagian dalam sebuah gerakan pencapaian tujuan. Dia menjadi bagian kolaboratif dari sebuah tim yang masing-masing tahu tugas dan fungsinya yang unik, berbeda satu sama lainnya. Jadi ketika salah satu anggota tim tidak bekerja, maka gagalah fungsi tim tersebut. Tindakan antisipatif untuk back-up atas kegagalan ini menjadi tugas tim, bukan tugas pimpinan tim.
Menariknya, pemimpin masa depan tidak lagi harus memberikan arahan ke mana sebuah tim harus bergerak. Dia menggali informasi dan ide-ide dari anggotanya untuk mengambil keputusan terbaik. Dengan demikian setiap orang bisa saja menjadi pemimpin. Dia hanya perlu bakat untuk peduli, memiliki komitmen disamping kemampuannya yang terus diasah, sehingga dia selalu tahu apa dan kapan dia bisa berkontribusi untuk timnya. Tidak peduli seberapa besar kontribusi yang bisa dia berikan, yang pasti kehadiran setiap orang adalah penting.
Sebagai perumpamaan adalah sebuah roda dari pesawat terbang. Bahkan mungkin lebih kecil lagi, misalkan bagian dari roda yang kita sebut sebagai katup (pentil) yang menahan tekanan udara dalam roda sehingga roda itu tidak kempis. Untuk perangkat seukurannya, terlihat sepele dibandingkan dengan ukuran pesawat terbangnya. Tetapi ketika katup roda tersebut tidak berfungsi, bannya jadi nggembos (mengempis), maka pesawatpun tidak bisa terbang.
Manusia masa depan menyadari bahwa dia diciptakan untuk peran-peran tertentu. Dia diciptakan untuk menjadi bagian dari sebuah kolaborasi besar yang tujuan akhirnya adalah membuat kehidupan ini menjadi lebih berarti. Urusan makan, minum dan kesejahteraan lainnya hanyalah dampak kecil yang otomatis akan dia dapatkan ketika dia bersama timnya sudah berkolaborasi menghasilkan hal yang besar.
Mengenai besar kecilnya bakat kepemimpinan tergantung seberapa besar dia akan melibatkan diri ke dalam kelompoknya. Dia harus belajar banyak tentang hubungan, keterikatan, interkoneksi, interdependensi, pengaruh, serta analisa-sintesa yang berkaitan dengan sistem-sistem menyeluruh. Hal ini juga pernah saya tulis di postingan terdahulu. Dengan begitu nantinya seseorang akan ditempa dan diasah lebih tajam agar lebih berkontribusi dalam kelompok. Walaupun perannya saat ini hanya sebatas "katup roda pesawat", tetapi sebagai manusia dia bisa mengembangkan peranan itu menjadi kapasitas yang lebih besar lagi.
Tidak ada kata terlambat untuk pengembangan diri. Ayo Guys! Kuasai dunia! But you can't fuck the world alone!
So, kamu mau jadi pahlawan super atau mau jadi diri sendiri?
Kalau saya sih berharap bisa nonton Justice League yang akan main di akhir tahun ini. Rencananya November akan tayang di bioskop seluruh dunia. Bagi yang penasaran, silahkan intip trailernya di bawah ini:
Eh, maaf ... ! Maksud saya yang di bawah ini, nih:
0 komentar:
Posting Komentar