Sahabatku yang seksi dan yang seksi sekali, sampai saat ini yang namanya penipuan dan modus-modus kejahatan tidak akan pernah habis. Adakalanya modus lama yang sudah tidak populer lagi alias "ketinggalan jaman" lantaran banyak orang yang tahu, suatu ketika akan muncul kembali di saat orang sudah banyak yang melupakannya. Terlebih dalam dunia tekhnologi informasi. Kalau kita tidak meng-update pengetahuan, adanya modus baru mungkin tidak akan kita kenali sebagai sebuah modus penipuan. Bisa saja dengan mudah kita akan terperangkap ke dalamnya. Selalu saja urusannya sama duit.
Hari itu Minggu yang dingin di bulan puasa. Waktu masih menunjukkan pukul tiga dini hari. Sambil menunggu kedatangan Go-Car, saya mengisi waktu dengan mengunyah makanan sahur. Posisi saya saat itu di Jakarta habis menyelesaikan beberapa urusan, saya hendak menuju bandara Soekarno-Hatta untuk penerbangan pagi-pagi sekali. Tak berapa lama datanglah mobil yang kupesan untuk mengantar ke bandara.
Entah bagaimana memulainya, pak sopir yang duduk di sebelah saya tiba-tiba curhat tentang saudaranya yang baru saja kena tipu. Kartu kreditnya kebobolan! Sudah lapor ke polisi, sudah telpon ke Bank segala macem, tapi belum bisa diselesaikan. Dia sendiri yang ikut mengurus ke sana ke mari, tidak ada hasil. Padahal saudaranya itu jarang menggunakan kartu kreditnya. Tiba-tiba saja dia mendapatkan total tagihan sekitar sepuluh juta, tidak jelas tagihan apa saja.
Kemudahan vs Keamanan
Transaksi elektronik yang saat ini sudah semakin mudah dilakukan akan rentan terhadap hal-hal demikian. Perlu kehati-hatian dalam melakukan transaski elektronik, terutama jika menggunakan kartu kredit. Kartu debitpun sekarang bisa, asal ada logo Mastercard atau logo Visa di kartu tersebut. Sebenarnya kemudahan ini diberikan untuk keuntungan kita sebagai nasabah: mengurangi waktu kita bertransaksi, tidak usah ke bank untuk transfer, tidak usah ke mesin ATM, dari rumahpun bisa mendapatkan barang belanja yang kita inginkan. Banyak toko online yang sekarang seolah bersaing satu sama lain.
Saya termasuk orang yang berbahagia dengan kehadiran tekhnologi ini. Saya bahkan bisa berbelanja barang-barang kebutuhan ataupun keinginan yang tidak tersedia di daerah di mana saya tinggal. Apa yang bisa kita dapatkan di Maumere ini? Tetapi dengan adanya toko online dan sistem pembayaran elektronik. Saya bisa dengan mudah mendapatkan aksesoris ponsel yang unik, yang tidak mungkin tersedia di kota kabupaten tempat saya bekerja.
Untuk itu pengalaman dan kehati-hatian harus benar-benar saya pegang. Saya sengaja menggunakan kartu kredit bukan karena saya suka berhutang. Saya menggunakannya untuk keamanan, lebih aman daripada kartu debit. Mengapa? Karena kartu kredit memiliki limit tertentu. pernah ada tawaran pihak Bank untuk menaikkan limit, saya tolak. Saya sengaja membatasi limit transaksi pada level terendah, seandainya kebobolan sekalipun, nilainya masih bisa saya jangkau.
Kalau menggunakan kartu debit, seandainya kebobolan saya bisa kehabisan seluruh saldo yang ada. Bahkan seandainya saya tidak bisa menarik uang dari ATM, artinya saya tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Itulah mengapa saya masih menggunakan kartu kredit, terlepas dari urusan kredit, hutang, riba, dosa, dan sebagainya. Yang penting segera saya bayar saja. Kalaupun terpaksa, paling lambat bulan depannya saya bayar lunas, kan aman?
Perlu dan Penting Diketahui
Dari data yang kelihatan di kartu kredit, baik itu Nomor kartu, Nama yang tertera di kartu, Bulan dan Tahun kadaluarsa kartu, lalu yang penting lagi: CVV (3 angka di sebalik kartu), itu semua sudah bisa digunakan untuk transaksi di Internet. Misalnya saya menemukan kartu kredit jatuh di jalan dan masa kadaluarsanya masih berlaku, saya bisa masukin semuanya ke akun pembayaran. Saya bisa habiskan limit yang ada. Lalu si pemilik kartu yang kena tagihannya.
Demi keamanan sangat disarankan untuk tidak meminjamkan kartu kredit atau menaruhnya sembarang tempat. Hanya dengan memiliki foto kartu bolak-balik, itu sudah cukup bisa untuk memanfaatkannya. Lalu bagaimana? Kita kan tidak bisa selamanya menyembunyikan kartu kredit itu? Saat digunakan di toko untuk membeli barang kan harus diserahkan ke kasir untuk digesek?
Ada yang menyarankan agar 3 angka CVV di belakang kartu itu ditutup dengan stiker kecil. Bisa menggunakan kertas stiker label harga yang putih kecil itu. Tiga angka itu cukup kita ingat saja. Dengan begitu ketika kartu kredit itu jatuh ke tangan orang, tidak lantas dengan mudah dia mendapatkan data kartu kita dengan cara memfoto kartu kita bolak-balik. Kecuali dia nekad mengupas stiker yang kita telah tempel tadi.
Pengalaman Pribadi
Beberapa waktu lalu juga ada yang mau mencoba menipu saya.
Awalnya ada email masuk.
Tadinya saya tidak menganggap penting pemberitahuan ini. Tapi karena penasaran, saya ikuti juga. Saya pun menyentuh bagian yang berbunyi "Check My Account" itu.
Saya penasaran karena hal ini mengingatkan saya pada akun yang pernah saya pakai saat saya punya iPhone 4S dulu. Oh, sudah lama sekali. iPhone saya itupun kini telah rusak. Dengan berbbagaipertimbangan saya tidak lagi menggunakan iPhone, lebih suka ponsel Android saja. Jadi ya wajar kalau saya sudah hampir melupakan kalau saya pernah punya akun di Apple.
Ini mengenai akun Apple (Apple ID). Akun ini bisa dipakai kalau saya punya iPhone lagi suatu saat. Jadi saat kita ganti iPhone, atau punya MacBook, akun ini bisa dipakai buat beli-beli aplikasi, lagu, atau apapun dari Apple Store. Kadang aplikasi yang di iPhone lama bisa tertransfer ke iPhone baru, asalkan masih kompatibel di OS yang baru. Jadi aplikasi-aplikasi itu melekat di akun, bukan di perangkat kerasnya.
Nah, di email itu ngasih tau kalau akunku akan dihapus karena lama gak dipakai. Kita suruh aktivasi lagi agar tetap aktif dan gak dihapus. Sebenarnya tak ada gunanya juga menggubris pemberitahuan itu. Tapi rasa penasaran memang mengalahkan segalanya...
Intinya disitu saya disuruh update akun kalau misalnya ada perubahan, agar tidak dibekukan selamanya. Ini mengingatkan saya waktu punya email yahoo pertama kali, jamannya suka main di warnet. Saya diingatkan untuk login dalam waktu paling lama enam bulan. Lebih dari itu akun kita dinonaktifkan. Kayak buku tabungan di bank juga gitu: kalau tidak ada transaksi dalam waktu tertentu, saat saldo kita sudah minimal, rekening dengan sendirinya nonaktif tanpa pemberitahuan.
Setelah saya klik. Terbukalah situs Apple yang indah. Meyakinkan.
Tapi saya sempat teliti alamatnya. Ada yang aneh. Ini bukan alamat Apple. Kecurigaan pun dimulai.
Harusnya apple.com ini malah
appleid-apple.com
Masih mending kalau:
appleid.apple.com
Atau
id.apple.com
Sebelum apple.com itu harusnya titik, bukan strip.
Kalau diperhatikan lagi domain dari alamat ini adalah .xyz bukan .com
Penipuan ini serupa dengan modus yang sering dibikin untuk "hadiah dari telkomsel"
Alamatnya bukan telkomsel.com melainkan misalnya: undianberhadiah-telkomsel.com atau bahkan memakai alamat.blogspot.com
Karena saya penasaran. ... saya lakukan login dengan username yang betul tapi sembarang password. Saya juga dah lupa passwordnya apa. Memang sudah lama sekali.
Dia bilang begini:
Padahal belum ada 24 jam seperti yang dibilang di email, akunku seolah sudah dikunci. Baru 3 jam sejak pemberitahuan sudah saya coba eksekusi kok!
Ya saya coba unlock kan? Wong dikasih kesempatan kok. Siapa yang gak mau?
Masuklah ke permintaan data. Semula gak ada yang mencurigakan.
Saya geser ke bawah kok ada permintaan nomor kartu segala. Tak lain ini adalah kartu kredit atau kartu debit yang berlogo visa/mastercard. Saya tidak boleh mengosongkan bagian itu. Harus diisi!
Bayangin, dia minta sampai ke Security Code (CVV) yang angka di sebalik Kartu itu. Apa gak bahaya?
Secara logika kalau kita tidak sedang bertransaksi kode itu gak akan diminta.
Memang kalau sedang bertransaksi kode itu diminta. Tapi tidak disimpan sama penjualnya. Secara keamanan itu gak boleh dilakukan.
Kalau saya lengkapi data itu, maka sama aja saya menyerahkan penggunaan kartu visa/mastercard ke orang lain di luar sana. Untungnya saya tidak bego-bego amat, hehehe....
Hari itu Minggu yang dingin di bulan puasa. Waktu masih menunjukkan pukul tiga dini hari. Sambil menunggu kedatangan Go-Car, saya mengisi waktu dengan mengunyah makanan sahur. Posisi saya saat itu di Jakarta habis menyelesaikan beberapa urusan, saya hendak menuju bandara Soekarno-Hatta untuk penerbangan pagi-pagi sekali. Tak berapa lama datanglah mobil yang kupesan untuk mengantar ke bandara.
Entah bagaimana memulainya, pak sopir yang duduk di sebelah saya tiba-tiba curhat tentang saudaranya yang baru saja kena tipu. Kartu kreditnya kebobolan! Sudah lapor ke polisi, sudah telpon ke Bank segala macem, tapi belum bisa diselesaikan. Dia sendiri yang ikut mengurus ke sana ke mari, tidak ada hasil. Padahal saudaranya itu jarang menggunakan kartu kreditnya. Tiba-tiba saja dia mendapatkan total tagihan sekitar sepuluh juta, tidak jelas tagihan apa saja.
Kemudahan vs Keamanan
Transaksi elektronik yang saat ini sudah semakin mudah dilakukan akan rentan terhadap hal-hal demikian. Perlu kehati-hatian dalam melakukan transaski elektronik, terutama jika menggunakan kartu kredit. Kartu debitpun sekarang bisa, asal ada logo Mastercard atau logo Visa di kartu tersebut. Sebenarnya kemudahan ini diberikan untuk keuntungan kita sebagai nasabah: mengurangi waktu kita bertransaksi, tidak usah ke bank untuk transfer, tidak usah ke mesin ATM, dari rumahpun bisa mendapatkan barang belanja yang kita inginkan. Banyak toko online yang sekarang seolah bersaing satu sama lain.
Saya termasuk orang yang berbahagia dengan kehadiran tekhnologi ini. Saya bahkan bisa berbelanja barang-barang kebutuhan ataupun keinginan yang tidak tersedia di daerah di mana saya tinggal. Apa yang bisa kita dapatkan di Maumere ini? Tetapi dengan adanya toko online dan sistem pembayaran elektronik. Saya bisa dengan mudah mendapatkan aksesoris ponsel yang unik, yang tidak mungkin tersedia di kota kabupaten tempat saya bekerja.
Untuk itu pengalaman dan kehati-hatian harus benar-benar saya pegang. Saya sengaja menggunakan kartu kredit bukan karena saya suka berhutang. Saya menggunakannya untuk keamanan, lebih aman daripada kartu debit. Mengapa? Karena kartu kredit memiliki limit tertentu. pernah ada tawaran pihak Bank untuk menaikkan limit, saya tolak. Saya sengaja membatasi limit transaksi pada level terendah, seandainya kebobolan sekalipun, nilainya masih bisa saya jangkau.
Kalau menggunakan kartu debit, seandainya kebobolan saya bisa kehabisan seluruh saldo yang ada. Bahkan seandainya saya tidak bisa menarik uang dari ATM, artinya saya tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Itulah mengapa saya masih menggunakan kartu kredit, terlepas dari urusan kredit, hutang, riba, dosa, dan sebagainya. Yang penting segera saya bayar saja. Kalaupun terpaksa, paling lambat bulan depannya saya bayar lunas, kan aman?
Perlu dan Penting Diketahui
Dari data yang kelihatan di kartu kredit, baik itu Nomor kartu, Nama yang tertera di kartu, Bulan dan Tahun kadaluarsa kartu, lalu yang penting lagi: CVV (3 angka di sebalik kartu), itu semua sudah bisa digunakan untuk transaksi di Internet. Misalnya saya menemukan kartu kredit jatuh di jalan dan masa kadaluarsanya masih berlaku, saya bisa masukin semuanya ke akun pembayaran. Saya bisa habiskan limit yang ada. Lalu si pemilik kartu yang kena tagihannya.
Demi keamanan sangat disarankan untuk tidak meminjamkan kartu kredit atau menaruhnya sembarang tempat. Hanya dengan memiliki foto kartu bolak-balik, itu sudah cukup bisa untuk memanfaatkannya. Lalu bagaimana? Kita kan tidak bisa selamanya menyembunyikan kartu kredit itu? Saat digunakan di toko untuk membeli barang kan harus diserahkan ke kasir untuk digesek?
Ada yang menyarankan agar 3 angka CVV di belakang kartu itu ditutup dengan stiker kecil. Bisa menggunakan kertas stiker label harga yang putih kecil itu. Tiga angka itu cukup kita ingat saja. Dengan begitu ketika kartu kredit itu jatuh ke tangan orang, tidak lantas dengan mudah dia mendapatkan data kartu kita dengan cara memfoto kartu kita bolak-balik. Kecuali dia nekad mengupas stiker yang kita telah tempel tadi.
Pengalaman Pribadi
Beberapa waktu lalu juga ada yang mau mencoba menipu saya.
Awalnya ada email masuk.
Tadinya saya tidak menganggap penting pemberitahuan ini. Tapi karena penasaran, saya ikuti juga. Saya pun menyentuh bagian yang berbunyi "Check My Account" itu.
Saya penasaran karena hal ini mengingatkan saya pada akun yang pernah saya pakai saat saya punya iPhone 4S dulu. Oh, sudah lama sekali. iPhone saya itupun kini telah rusak. Dengan berbbagaipertimbangan saya tidak lagi menggunakan iPhone, lebih suka ponsel Android saja. Jadi ya wajar kalau saya sudah hampir melupakan kalau saya pernah punya akun di Apple.
Ini mengenai akun Apple (Apple ID). Akun ini bisa dipakai kalau saya punya iPhone lagi suatu saat. Jadi saat kita ganti iPhone, atau punya MacBook, akun ini bisa dipakai buat beli-beli aplikasi, lagu, atau apapun dari Apple Store. Kadang aplikasi yang di iPhone lama bisa tertransfer ke iPhone baru, asalkan masih kompatibel di OS yang baru. Jadi aplikasi-aplikasi itu melekat di akun, bukan di perangkat kerasnya.
Nah, di email itu ngasih tau kalau akunku akan dihapus karena lama gak dipakai. Kita suruh aktivasi lagi agar tetap aktif dan gak dihapus. Sebenarnya tak ada gunanya juga menggubris pemberitahuan itu. Tapi rasa penasaran memang mengalahkan segalanya...
Intinya disitu saya disuruh update akun kalau misalnya ada perubahan, agar tidak dibekukan selamanya. Ini mengingatkan saya waktu punya email yahoo pertama kali, jamannya suka main di warnet. Saya diingatkan untuk login dalam waktu paling lama enam bulan. Lebih dari itu akun kita dinonaktifkan. Kayak buku tabungan di bank juga gitu: kalau tidak ada transaksi dalam waktu tertentu, saat saldo kita sudah minimal, rekening dengan sendirinya nonaktif tanpa pemberitahuan.
Setelah saya klik. Terbukalah situs Apple yang indah. Meyakinkan.
Tapi saya sempat teliti alamatnya. Ada yang aneh. Ini bukan alamat Apple. Kecurigaan pun dimulai.
Harusnya apple.com ini malah
appleid-apple.com
Masih mending kalau:
appleid.apple.com
Atau
id.apple.com
Sebelum apple.com itu harusnya titik, bukan strip.
Kalau diperhatikan lagi domain dari alamat ini adalah .xyz bukan .com
Penipuan ini serupa dengan modus yang sering dibikin untuk "hadiah dari telkomsel"
Alamatnya bukan telkomsel.com melainkan misalnya: undianberhadiah-telkomsel.com atau bahkan memakai alamat.blogspot.com
Karena saya penasaran. ... saya lakukan login dengan username yang betul tapi sembarang password. Saya juga dah lupa passwordnya apa. Memang sudah lama sekali.
Dia bilang begini:
Padahal belum ada 24 jam seperti yang dibilang di email, akunku seolah sudah dikunci. Baru 3 jam sejak pemberitahuan sudah saya coba eksekusi kok!
Ya saya coba unlock kan? Wong dikasih kesempatan kok. Siapa yang gak mau?
Masuklah ke permintaan data. Semula gak ada yang mencurigakan.
Saya geser ke bawah kok ada permintaan nomor kartu segala. Tak lain ini adalah kartu kredit atau kartu debit yang berlogo visa/mastercard. Saya tidak boleh mengosongkan bagian itu. Harus diisi!
Bayangin, dia minta sampai ke Security Code (CVV) yang angka di sebalik Kartu itu. Apa gak bahaya?
Secara logika kalau kita tidak sedang bertransaksi kode itu gak akan diminta.
Memang kalau sedang bertransaksi kode itu diminta. Tapi tidak disimpan sama penjualnya. Secara keamanan itu gak boleh dilakukan.
Kalau saya lengkapi data itu, maka sama aja saya menyerahkan penggunaan kartu visa/mastercard ke orang lain di luar sana. Untungnya saya tidak bego-bego amat, hehehe....
0 komentar:
Posting Komentar