Kebahagiaan itu tidak untuk dicari, melainkan diciptakan. Bahagia itu sederhana, tidak perlu hal-hal rumit dan mewah untuk bahagia. Tinggal melakukan aktivasi dari dalam hati. Hanya perlu tahu caranya.
Itulah sebenarnya awal dari adanya fenomena yang belakangan ini mendadak booming. Terlepas dari memboomingnya fenomena ini, asal-usul dari aktivitas ini adalah semata-mata suatu proses menciptakan kebahagiaan.
Sejauh ini saya juga nggak ngerti kenapa berbagai fenomena di era informasi ini datang dan pergi begitu sporadis dan dramatis. Mulai dari fenomena Keong Racun, Briptu Norman, dan mungkin sudah banyak yang kita lewatkan, giliran yang barusan merebak dalam 3 hari ini adalah fenomena “Om Telolet Om”.
Sebenarnya sudah agak lama fenomena ini muncul. Pada bulan November lalu mulai merebak di Facebook tentang video yang berisi anak-anak dan para muda-mudi ramai berdiri di pinggir jalan Ngabul, Jepara, Jawa Tengah. Mereka berteriak, “Om, telolet, Om!” pada setiap bus AKAP (antar kota-antar provinsi) yang lewat. Maksudnya adalah meminta si Supir bus untuk membunyikan klaksonnya. Bus AKAP memang memiliki bunyi klakson yang khas, berupa suara “telolet” yang sangat keras. Maka saat klakson dibunyikan oleh bus sambil berlalu, anak-anak itu berteriak kegirangan.
Disinilah kebahagiaan itu dihadirkan. Begitu sederhana. Awalnya kebahagiaan ini hanya milik anak-anak. Kemudian remaja yang umurnya lebih tua ikut-ikutan. Tak lama kemudian ibu-ibu juga ikut-ikutan dan akhirnya hampir setiap orang mengikutinya. Walau awalnya pelaku dianggap kurang kerjaan, tapi akhirnya bisa ditoleransi dan bahkan fenomena ini malah mendunia!
Belakangan teriakan itu diganti tulisan yang dipasang di papan besar-besar “Oom Telolet Oom!” dan diacungkan ke supir bus, layaknya orang sedang demo, mereka hanya menginginkan klakson itu dibunyikan, lalu mereka tertawa dan sorak-sorai karenanya.
Hal tersebut menjadi hobi dan berkembang, tidak hanya terhadap bus AKAP saja, seluruh kendaraan yang besar seperti Truk, Kereta Api, bahkan Pesawat Terbang mereka teriaki “Om, telolet, Om!” Tentu saja ini hanya semacam parodi saja, sebab kenyataannya tidak semua kendaraan selain bus AKAP memiliki klakson dengan suara seperti itu.
Bahkan kemudian fenomena ini tembus sampai ke luar negeri. Bukan saja di Malaysia atau Thailand, tapi juga di Amerika orang ikut-ikut melakukan itu dan dipasang di Facebook mereka. Selain versi video, berkembang juga versi meme yang semakin bervariasi. Termasuk plesetan “telolet” menjadi “toilet” atau “telat”. Sering ada gambar orang seperti kebelet BAB/BAK dengan kata-kata, “Om, Toilet, Om!” Ada juga gambar wanita menangis atau tertunduk dalam dekapan tangannya sendiri disertai tulisan “Om, telat Om!” Bagi yang paham tentu tersenyum geli melihat meme-meme semacam ini.
Dalam beberapa hari, bahkan musisi dunia mengabadikannya dalam kreasi musik. Coba browsing saja tentang musisi kondang bernama Audun Kvitland, asal Norwegia, disertai kata kunci “telolet”, Anda pasti menemukan lagunya. Beberapa DJ kondangpun merilis link Youtube di akun Twitter berisi hasil karyanya. Sebutlah namanya DJ Dillon Francis, Firebeatz, serta Ummet Ozcan.
Musisi Indonesia pun tidak kalah kreatif. Sebuah lagu beraliran Dangdut Remix yang divokali oleh Imey Mey pun melenggang di Youtube. Apa lagi judulnya kalau bukan “Om Telolet Om”?
Tag #omteloletom pun menjadi viral di media sosial.
Sayangnya pihak Kementrian Perhubungan malah tidak mendukung berlangsungnya fenomena ini. Kegiatan ini dianggap membahayakan pengguna jalan. Disamping itu fungsi dari klakson mobil menjadi “disalahgunakan” dari fungsi yang semestinya, inipun dijadikan alasan untuk melarangnya. Para supir pun dihimbau untuk tidak menanggapi permintaan membunyikan klakson dari masyarakat yang dilewatinya.
Bisa jadi pelarangan ini malah kontraproduktif terhadap pencarian kebahagiaan bagi kalangan masyarakat tertentu. Para penikmat telolet menjadi merasa bahwa hal yang selama ini membahagiakan itu seolah-olah sudah berubah menjadi “haram” untuk dilakukan. Padahal kalau mau positif, hal tersebut justru akan mencegah para sopir mengemudikan bus mereka secara ugal-ugalan.
Di Rusia malah pernah ada aktivitas menarik di pinggir jalan yang ditujukan untuk mengurangi laju kendaraan di jalan raya. Saat rambu-rambu jalan tidak cukup ditaati oleh para supir, maka dua orang perempuan seksi berinisiatif melakukan aksi telanjang dada di pinggir jalan! Kalau tidak percaya silahkan simak postingan saya sebelumnya disini. Dengan demikian para supir yang biasanya ugal-ugalan akan mengurangi kecepatan kendaraannya saat melintasi dua perempuan itu.
Kembali ke telolet.... Yang dikhawatirkan jika aktivitas ini benar-benar dilarang dan para supir tidak lagi menanggapi permintaan masyarakat sekitar untuk membunyikan klakson, mereka malah bertindak anarkhis,memaki supir atau bahkan melempar kendaraan. Merasa bahwa kebahagiaan tidak lagi hadir menyusul upaya mereka itu. Kekecewaan yang terjadi.
Tapi inilah fenomena. Sesederhana itu sebuah fenomena menjadi booming. Ah ... suatu saat nanti siapa tahu sexygoodliving.com akan menjadi booming juga. Tapi kapan yaa? Entahlah... sesekali cari sensasi yuk? Tapi yang positif yach? Kalau kebahagiaan kan sudah menjadi makanan sehari-hari? Tinggal meledakkannya saja. Duarrr! Asik deh!
0 komentar:
Posting Komentar