Artinya: Ilmu titen. Ini istilah saya sendiri, tidak ada di kamus manapun untuk saat ini. Entah kalau besok-besok mulai ada. Saya agak kesulitan mentranslit kata “titen”, sebuah kata dari Bahasa Jawa, ke dalam Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Titen itu bisa digambarkan dalam ilustrasi contoh sebagai berikut:
Dulu waktu saya tinggal di Ternate, saya tinggal satu kos dengan orang yang sama-sama dari Jawa. Kebetulan dia sudah lebih lama berada di sana karena penempatan tugas juga dari kantornya. Saat itu dia banyak sharing tentang kondisi, kebiasaan, dan segala keanehan yang tidak biasa untuk kita temui selama di Jawa. Dengan maksud tentunya agar saya sebagai pendatang baru tidak terlalu kaget mengahadapi keanehan yang akan ditemui. Sehingga hal yang aneh menurut kita orang Jawa, akan menjadi tidak aneh lagi alias lumrah kalau kita hidup di Ternate. Sehingga ada hal-hal tertentu yang harus dipahami sebelum nantinya dibuktikan sendiri.
Dari banyak hal yang saya pelajari, ada satu hal menurut saya paling aneh yang harus saya saksikan sendiri. Di sana hujan dan panas tidak memiliki musim seperti halnya di Jawa. Bisa dipahami karena secara geografis, Ternate merupakan sebentuk gunung di tengah laut yang dihuni oleh penduduk. Dengan bentuk seperti itu, angin darat, angin laut, penguapan dan kondensasi air menjadi sangat labil. Jadi tidak akan heran kalau yang semula panas menyengat bisa tiba-tiba terjadi hujan deras yang luar biasa derasnya. Setelah itu bisa jadi panas menyengat lagi. Hal ini bisa terjadi sepanjang tahun, jadi tidak berlaku adanya musim kemarau ataupun musim penghujan seperti di daerah daratan yang luas seperti halnya di Jawa.
Tapi ada hal yang bisa dititeni, bahwa terjadinya hujan deras mendadak yang sebelumnya cuaca cerah dan sangat panas, pertanda ada peristiwa yang tidak wajar. Biasanya hal itu menandakan ada pembunuhan. Hampir selalu setiap peristiwa pembunuhan terjadi, entah karena mabok atau perselisihan keluarga, pasti ditengarai hujan deras yang mendadak dan berlangsung lama.
Akhirnya ilmu titen itu bisa kita terapkan pada kasus-kasus yang berulang kita amati, baik yang sengaja kita amati ataupun yang tidak. Misalnya kita bisa tahu bagaimana perilaku ayam betina kalau baru pertama kalinya mau bertelur. Dia selalu terbang-terbang ke sana ke mari mencari tempat yang aman untuk menaruh telurnya. Kita bisa lihat bagaimana perilaku anjing atau kucing yang akan berak atau sesudahnya. Dia pasti mencakar-cakar tanah, lalu membuang kotorannya disitu, akhirnya menimbunnya dengan cara mencakar-cakar tanah lagi. Walaupun akhirnya kotoran tidak tertimbun sempurna, tapi setidaknya begitulah “prosesi” buang kotoran pada kucing atau anjing.
Ilmu titen gunanya adalah untuk menandai bahwa sesuatu akan terjadi, walaupun hal itu belum pasti. Kita bisa menandai bahwa akan ada hujan deras setelah kita tahu angin yang kencang dengan mendung yang gelap. Kita bisa menandai akan menerima rejeki kalau mata kita kedutan di sebelah kiri. Kita bisa menandai akan ketemu mantan kalau kita tiba-tiba mendapat bisul di kaki. Begitulah….
Kemarin pak guru masuk kelas dengan menyuruh anak-anak membuka buku pelajaran halaman sekian. Hari ini beliau melakukan hal yang sama, yaitu menyuruh anak-anak membuka buku halaman sekian yang berbeda dari kemarin. Besoknya, bisa dipastikan dia akan menyuruh anak-anak membuka buku halaman yang berbeda lagi. Intinya, beliau akan punya kebiasaan yang sama dalam memulai pelajaran, yaitu dengan menyuruh anak-anak membuka buku halaman tertentu.Ini contoh lain:
Dalam kasus ini, kita bisa niteni, bahwa setiap pak guru yang itu memulai pelajaran, pasti menyuruh anak-anak membuka buku halaman tertentu.
Dulu waktu saya tinggal di Ternate, saya tinggal satu kos dengan orang yang sama-sama dari Jawa. Kebetulan dia sudah lebih lama berada di sana karena penempatan tugas juga dari kantornya. Saat itu dia banyak sharing tentang kondisi, kebiasaan, dan segala keanehan yang tidak biasa untuk kita temui selama di Jawa. Dengan maksud tentunya agar saya sebagai pendatang baru tidak terlalu kaget mengahadapi keanehan yang akan ditemui. Sehingga hal yang aneh menurut kita orang Jawa, akan menjadi tidak aneh lagi alias lumrah kalau kita hidup di Ternate. Sehingga ada hal-hal tertentu yang harus dipahami sebelum nantinya dibuktikan sendiri.
Dari banyak hal yang saya pelajari, ada satu hal menurut saya paling aneh yang harus saya saksikan sendiri. Di sana hujan dan panas tidak memiliki musim seperti halnya di Jawa. Bisa dipahami karena secara geografis, Ternate merupakan sebentuk gunung di tengah laut yang dihuni oleh penduduk. Dengan bentuk seperti itu, angin darat, angin laut, penguapan dan kondensasi air menjadi sangat labil. Jadi tidak akan heran kalau yang semula panas menyengat bisa tiba-tiba terjadi hujan deras yang luar biasa derasnya. Setelah itu bisa jadi panas menyengat lagi. Hal ini bisa terjadi sepanjang tahun, jadi tidak berlaku adanya musim kemarau ataupun musim penghujan seperti di daerah daratan yang luas seperti halnya di Jawa.
Tapi ada hal yang bisa dititeni, bahwa terjadinya hujan deras mendadak yang sebelumnya cuaca cerah dan sangat panas, pertanda ada peristiwa yang tidak wajar. Biasanya hal itu menandakan ada pembunuhan. Hampir selalu setiap peristiwa pembunuhan terjadi, entah karena mabok atau perselisihan keluarga, pasti ditengarai hujan deras yang mendadak dan berlangsung lama.
Akhirnya ilmu titen itu bisa kita terapkan pada kasus-kasus yang berulang kita amati, baik yang sengaja kita amati ataupun yang tidak. Misalnya kita bisa tahu bagaimana perilaku ayam betina kalau baru pertama kalinya mau bertelur. Dia selalu terbang-terbang ke sana ke mari mencari tempat yang aman untuk menaruh telurnya. Kita bisa lihat bagaimana perilaku anjing atau kucing yang akan berak atau sesudahnya. Dia pasti mencakar-cakar tanah, lalu membuang kotorannya disitu, akhirnya menimbunnya dengan cara mencakar-cakar tanah lagi. Walaupun akhirnya kotoran tidak tertimbun sempurna, tapi setidaknya begitulah “prosesi” buang kotoran pada kucing atau anjing.
Ilmu titen gunanya adalah untuk menandai bahwa sesuatu akan terjadi, walaupun hal itu belum pasti. Kita bisa menandai bahwa akan ada hujan deras setelah kita tahu angin yang kencang dengan mendung yang gelap. Kita bisa menandai akan menerima rejeki kalau mata kita kedutan di sebelah kiri. Kita bisa menandai akan ketemu mantan kalau kita tiba-tiba mendapat bisul di kaki. Begitulah….
Mengenai kepastian akan terjadinya sesuatu, itu soal lain. Tapi yang jelas, titen dalam bahasa Jawa itu artinya seperti hafal pada sesuatu yang berhubungan dengan hal lain, walaupun tidak pasti tapi kemungkinannya besar. “Kalau terjadi ini, kemungkinan besar akan terjadi itu.” Sebenarnya ini bukan ilmu, tapi ketrampilan. Tapi sama sajalah, karena ilmu juga tidak selalu identik dengan pengetahuan. Pendek kata, ilmu adalah sesuatu yang bisa dipelajari.
Ilmu titen ini bagi orang-orang tertentu bisa menjadi hal yang sangat penting untuk meramalkan apa yang akan terjadi kemudian. Hal ini karena peristiwa tertentu bisa dikaitkan dengan hal yang lain yang jarak atau rentang waktunya bisa jadi cukup lama. Kalau soal perilaku ayam dan kucing, itu jangka pendek. Kalau peristiwa alam, bisa jadi sangat panjang. Misalnya kalau seseorang melihat adanya awan vertikal yang aneh, tandanya seminggu atau dua minggu ke depan akan ada gempa di belahan bumi tertentu.
Tergantung apakah kita termasuk orang yang peka terhadap hal-hal yang berhubungan tersebut atau tidak. Hal ini juga bisa dipelajari dengan terbiasa menghubungkan hal satu dengan yang lain. Tapi juga harus bijaksana, karena tidak semua hubungan boleh dipaksakan. Itu memperkosa namanya.
Karena tidak ada terminologinya, maka kita sebut saja titenologi, ilmu niteni.
Ilmu titen ini bagi orang-orang tertentu bisa menjadi hal yang sangat penting untuk meramalkan apa yang akan terjadi kemudian. Hal ini karena peristiwa tertentu bisa dikaitkan dengan hal yang lain yang jarak atau rentang waktunya bisa jadi cukup lama. Kalau soal perilaku ayam dan kucing, itu jangka pendek. Kalau peristiwa alam, bisa jadi sangat panjang. Misalnya kalau seseorang melihat adanya awan vertikal yang aneh, tandanya seminggu atau dua minggu ke depan akan ada gempa di belahan bumi tertentu.
Tergantung apakah kita termasuk orang yang peka terhadap hal-hal yang berhubungan tersebut atau tidak. Hal ini juga bisa dipelajari dengan terbiasa menghubungkan hal satu dengan yang lain. Tapi juga harus bijaksana, karena tidak semua hubungan boleh dipaksakan. Itu memperkosa namanya.
Karena tidak ada terminologinya, maka kita sebut saja titenologi, ilmu niteni.
0 komentar:
Posting Komentar