Lautan masih bergelombang ketika serpihan rindu itu beradu dan semakin menyatu. Bergumpal di permukaan dan menelusuri lekuk-lekuk hingga pedalaman. Menciptakan sensasi keinginan untuk bertemu dan mencairkan kembali gumpalan bermuatan gairah itu melalui sentuhan-sentuhan cinta.
Akhir-akhir ini aku lebih suka menyepi. Sendiri dalam hamparan khayalan. Menatap pemandangan di sebalik pelupuk mataku dan menciptakan kenyataan semu demi sebuah keindahan sesaat. Walau radang dalam rongga dada ini semakin tak bisa ditahan lagi, tapi semakin aku merasa tidak punya daya meraih harapan itu. Maka sebaiknya aku menunggui detik waktu, sambil terus menghitung hari demi hari, minggu demi minggu, bulan demi bulan, dan seterusnya. Karena aku yakin, kereta cinta akan segera menjemputku untuk menemui harapan itu, dimana pernah aku titipkan sebagian dari hati ini disana.
***
Sebagian harapan itupun terpercik. Kenangan tercipta walau tak sempurna tertulis di dalam catatanku. Kupeluk dahan-dahan kerinduan dan kupanjat ketinggian hasrat. Seperti biasa, akupun menemukan seonggok cinta yang beradu dalam desah nafas dan deru dendam kerinduan.
Lalu kutuliskan kenangan, tentang mengapa hanya ada kebersamaan yang bisa mengijinkan kerinduan itu mencair, mengalir dan menggenangi relung-relung yang dalam. Sehingga bisa dibayangkan betapa tersiksanya ketika kebekuan tergumpal sesak menggelayut di rongga dada.
Lalu kembali kupeluk ranting-ranting yang tersisa, dan kupanjat ketinggian hasrat untuk kedua kalinya. Kembali, akupun menemukan seonggok cinta yang terbuai di sebalik lagu merdu dan deru dendam kerinduan itu lagi.
***
Sungguh, aku tidak berbohong! Dengan segala keterbatasan, aku katakan bahwa aku tidak bisa menghindari sesuatu dan seringkali harus menuruti ke mana angin berhembus. Sepertinya berjuta alasanku tidak mampu menyembuhkan goresan luka, hanya menambah pedih siksaan yang kemarin.
Maka, sambil menggerutu, pada hari inipun aku berpuisi:
29
Langit Hitam membeku di hadapanku
Selembar harapan menanti pelukan
Kelam mencekam terus menghasut
Jauh merunduk sejuk terpuruk
Kurindukan...
Kudambakan...
Walau jauh kabut menutupi
Kelabu di pagi, kelam menaungi.
Esnara...
Esnara, Sayang!
Peluklah rinduku
Hapuskan sepiku
0 komentar:
Posting Komentar