Kurang lebih sudah dua minggu lebih saya nggak main-main di Fesbuk. Padahal sebelumnya hampir setiap hari paling rajin main di sana. Walaupun nggak update status, tapi setidaknya komen-komen atau sekedar baca-baca celoteh temen yang kadang bikin geli.
Akhir-akhir ini lemotnya jaringan semakin bikin putus asa. Aplikasi fesbuk yang biasanya menghadirkan berita-berita yang biasanya di-share oleh teman-teman, sekarang tidak terasa lagi. Yang ada hanyalah berita basi yang sudah banyak dikomenin dan sudah nggak dibahas lagi.
Dalam pekerjaanpun, koneksi internet semakin membikin tambah stress. Download lampiran dari e-mail seringkali terputus dan tidak bisa terbuka alias corrupt. Walaupun kadang koneksi terasa begitu lancar, tapi seringkali juga putusnya sedemikian lama. Kalau misalnya saya harus mengirimkan laporan yang sudah mendekati deadline-nya, ini merupakan hal paling memusingkan dan bikin frustasi.
Pada saat yang sama datanglah php (pemberi harapan palsu) berupa hadirnya tekhnologi baru sinyal 4G LTE yang katanya super-cepat. "Sinyal Internet seluler" generasi ke empat "Long Term Evolution" itu pastinya akan diklaim sebagai sarana koneksi internet paling cepat saat ini. Kehadiran koneksi 4G LTE (Long Term Evolution) diyakini mampu meningkatkan produktivitas rakyat disegala bidang.
Sudahlah... Saatnya mengakhiri php ini. Setelah sekian lama mengabdikan diri pada berhala-berhala itu, lalu menghadapi kenyataan bahwa mereka tidak bisa memberi kepuasan maksimal yang saya harapkan, akhirnya jatuh ilfil juga saya.
Dengan lebar pita hanya 5 MHz, euforia mobile 4G LTE saya pastikan tidak bisa dinikmati banyak orang. Apalagi begitu diterapkan, pasti penggunanya meledak. Terus kalau posisi saya masih di daerah pinggiran begini, rasanya sulit untuk bisa menghapus stigma internet lelet yang sudah terlanjur lama melekat di mind-set saya. Tidak usah terlalu ber-ekspektasi tinggi, lah!
Saya nggak ngiler!
Dulu paling rajin ganti hape. Apalagi kalau ada jatah kantor untuk pembelian hape baru. Sayapun tidak ragu buat nombok untuk mendapatkan spesifikasi yang lebih canggih, sehingga bisa bertahan di dalam kurun waktu yang agak lama. Tapi sekarang, enggak usah deh.... Terima kasih! Nggak tertarik untuk pembaruan hape dulu. Paling-paling juga nggak bisa digunakan untuk membangkitkan euforia sebagai sekedar pengusir sepi disini.
Walaupun awam dengan urusan sinyal-sinyal seluler ini, saya bisa bayangkan betapa minim broadband yang dipakai saat ini hingga tak bisa benar-benar diandalkan untuk menggeber akses internet cepat lewat seluler yang butuh spektrum idealnya. Dampaknya, berinternet selalu terasa seret, ibarat putaran roda yang berderik tanpa pelumas di porosnya.
Walaupun begitu saya tetap punya harapan, semoga, semoga dan semoga,.... Dalam waktu dekat ini pengembangan tekhnologi baru itu setidaknya mendongkrak kecepatan internet di daerah pinggiran seperti Papua ini. Saya tunggu janji yang pernah diungkapkan oleh bapak Menkominfo kita yang baru:
“Saya ingin menghilangkan stigma akses internet di Indonesia itu lelet. Jangka pendek, kita harus geber 4G berbasis FDD-LTE agar stigma ini hilang. Salah satu caranya kita akan menetralkan seluruh frekuensi seluler agar 4G bisa dijalankan,” kata menkominfo yang akrab disapa Chief RA itu.
Dari beberapa artikel info tekhnologi yang pernah saya lirik, saya mengetahui bahwa saat ini ada tiga spektrum seluler di Indonesia. Dari ketiganya, baru 900 MHz saja yang merdeka dengan teknologi netral. Sementara di 1.800 MHz dan 2,1 GHz belum. Hal itu yang bikin 4G masih payah dan belum bisa menjadi ”carrier aggration" untuk akses LTE yang lebih cepat.
Dikatakan oleh pak mentri dalam artikel itu, “Pada kuartal pertama tahun ini kita akan keluarkan kebijakan tentang teknologi netral di 1.800 MHz. Implementasinya adalah bersama-sama dengan operator melakukan realokasi frekuensi. Selanjutnya di 2,1 GHz pada pertengahan tahun ini kita buka untuk teknologi netral.”
Di Indonesia saat ini ada empat operator seluler dengan teknologi GSM, yakni Telkomsel, Indosat, XL Axiata, dan Hutchison 3 Indonesia (Tri). Cuma Tri yang belum bisa 4G LTE karena tak punya spektrum di 900 MHz. Meski demikian, keempatnya memiliki spektrum frekuensi di 1.800 MHz yang selama ini digunakan untuk 2G dan di 2,1 GHz untuk akses 3G. Di daerah pinggiran begini paling-paling Telkomsel yang masih bisa diandalkan. Dengan otak-atik strategi pembagian spektrum yang ideal, saya berharap internet seluler bisa lebih cepat dan dampak lemot di daerah perifer seperti Papua ini bisa dikurangi.
Akhir-akhir ini lemotnya jaringan semakin bikin putus asa. Aplikasi fesbuk yang biasanya menghadirkan berita-berita yang biasanya di-share oleh teman-teman, sekarang tidak terasa lagi. Yang ada hanyalah berita basi yang sudah banyak dikomenin dan sudah nggak dibahas lagi.
Dalam pekerjaanpun, koneksi internet semakin membikin tambah stress. Download lampiran dari e-mail seringkali terputus dan tidak bisa terbuka alias corrupt. Walaupun kadang koneksi terasa begitu lancar, tapi seringkali juga putusnya sedemikian lama. Kalau misalnya saya harus mengirimkan laporan yang sudah mendekati deadline-nya, ini merupakan hal paling memusingkan dan bikin frustasi.
Pada saat yang sama datanglah php (pemberi harapan palsu) berupa hadirnya tekhnologi baru sinyal 4G LTE yang katanya super-cepat. "Sinyal Internet seluler" generasi ke empat "Long Term Evolution" itu pastinya akan diklaim sebagai sarana koneksi internet paling cepat saat ini. Kehadiran koneksi 4G LTE (Long Term Evolution) diyakini mampu meningkatkan produktivitas rakyat disegala bidang.
Sudahlah... Saatnya mengakhiri php ini. Setelah sekian lama mengabdikan diri pada berhala-berhala itu, lalu menghadapi kenyataan bahwa mereka tidak bisa memberi kepuasan maksimal yang saya harapkan, akhirnya jatuh ilfil juga saya.
Dengan lebar pita hanya 5 MHz, euforia mobile 4G LTE saya pastikan tidak bisa dinikmati banyak orang. Apalagi begitu diterapkan, pasti penggunanya meledak. Terus kalau posisi saya masih di daerah pinggiran begini, rasanya sulit untuk bisa menghapus stigma internet lelet yang sudah terlanjur lama melekat di mind-set saya. Tidak usah terlalu ber-ekspektasi tinggi, lah!
Saya nggak ngiler!
Dulu paling rajin ganti hape. Apalagi kalau ada jatah kantor untuk pembelian hape baru. Sayapun tidak ragu buat nombok untuk mendapatkan spesifikasi yang lebih canggih, sehingga bisa bertahan di dalam kurun waktu yang agak lama. Tapi sekarang, enggak usah deh.... Terima kasih! Nggak tertarik untuk pembaruan hape dulu. Paling-paling juga nggak bisa digunakan untuk membangkitkan euforia sebagai sekedar pengusir sepi disini.
Walaupun awam dengan urusan sinyal-sinyal seluler ini, saya bisa bayangkan betapa minim broadband yang dipakai saat ini hingga tak bisa benar-benar diandalkan untuk menggeber akses internet cepat lewat seluler yang butuh spektrum idealnya. Dampaknya, berinternet selalu terasa seret, ibarat putaran roda yang berderik tanpa pelumas di porosnya.
Walaupun begitu saya tetap punya harapan, semoga, semoga dan semoga,.... Dalam waktu dekat ini pengembangan tekhnologi baru itu setidaknya mendongkrak kecepatan internet di daerah pinggiran seperti Papua ini. Saya tunggu janji yang pernah diungkapkan oleh bapak Menkominfo kita yang baru:
“Saya ingin menghilangkan stigma akses internet di Indonesia itu lelet. Jangka pendek, kita harus geber 4G berbasis FDD-LTE agar stigma ini hilang. Salah satu caranya kita akan menetralkan seluruh frekuensi seluler agar 4G bisa dijalankan,” kata menkominfo yang akrab disapa Chief RA itu.
Dari beberapa artikel info tekhnologi yang pernah saya lirik, saya mengetahui bahwa saat ini ada tiga spektrum seluler di Indonesia. Dari ketiganya, baru 900 MHz saja yang merdeka dengan teknologi netral. Sementara di 1.800 MHz dan 2,1 GHz belum. Hal itu yang bikin 4G masih payah dan belum bisa menjadi ”carrier aggration" untuk akses LTE yang lebih cepat.
Dikatakan oleh pak mentri dalam artikel itu, “Pada kuartal pertama tahun ini kita akan keluarkan kebijakan tentang teknologi netral di 1.800 MHz. Implementasinya adalah bersama-sama dengan operator melakukan realokasi frekuensi. Selanjutnya di 2,1 GHz pada pertengahan tahun ini kita buka untuk teknologi netral.”
Di Indonesia saat ini ada empat operator seluler dengan teknologi GSM, yakni Telkomsel, Indosat, XL Axiata, dan Hutchison 3 Indonesia (Tri). Cuma Tri yang belum bisa 4G LTE karena tak punya spektrum di 900 MHz. Meski demikian, keempatnya memiliki spektrum frekuensi di 1.800 MHz yang selama ini digunakan untuk 2G dan di 2,1 GHz untuk akses 3G. Di daerah pinggiran begini paling-paling Telkomsel yang masih bisa diandalkan. Dengan otak-atik strategi pembagian spektrum yang ideal, saya berharap internet seluler bisa lebih cepat dan dampak lemot di daerah perifer seperti Papua ini bisa dikurangi.
0 komentar:
Posting Komentar