Akhirnya masuk hari tenang juga. Setelah masa-masa kampanye pemilihan presiden (pilpres) terasa paling seru dan sengit di sepanjang sejarah negeri ini. Ini semua begitu terasa karena tak luput dari gencarnya media massa yang ikut andil dalam memeriahkan pesta demokrasi ini. Mulai dari pemberitaan resmi sampai dengan blog pribadi sama-sama saling serang, saling mendukung jagoannya masing-masing.
Bahkan dalam media sosial seperti Facebook pun ikut rame menulis tentang ini. Baik yang mendukung pasangan calon presiden-wakil presiden (capres-cawapres) tertentu, maupun yang mengolok-olok pasangan lain yang tidak didukungnya. Selain status yang dipasang, juga komentar-komentar yang tak kalah rame. Bahkan ada yang panjang komentarnya melebihi 500 karakter, baik yang mendukung maupun yang sebaliknya. Ada juga yang sengaja memasang link-link yang bertaut ke pemberitaan tertentu, kemudian rame-rame dikomentari.
Apalagi kalau malamnya ada debat capres-cawapres di televisi. Paginya pasti rame tuh. Saling mengutuk perkataan semalam. Nggak capres yang nomor satu maupun nomor dua, pokoknya dimana ada kata-kata yang dianggap bisa dikritik, dikritiklah. Panjang kali lebar! Seru sekali.
Saya justru terkesan sama yang namanya 'kampanye hitam' atau 'kampanye negatif'. Memang kecenderungan yang saya lihat justru lebih banyak unsur yang demikian. Begitu tercengangnya saya ketika melihat seorang yang kelihatannya baik-baik,mendadak berkata-kata sepedas itu di media sosial . Kata-kata kasar yang sebenarnya tidak pantas diucapkanpun terlontar dalam mencemooh calon presiden yang tidak disukainya. Bahkan lebih hebat lagi, mereka malah berantem sendiri sesama pendukung yang berlainan calon presidennya.
Yah, tapi itu sah-sah saja. Kampanye hitam yang sekian tahun lalu seakan menjadi hal "terlarang", sekarang benar-benar dibebaskan. Apakah ini benar-benar mencerminkan demokrasi yang sesungguhnya, atau justru karena kemunduran mental bangsa yang cenderung gemar menebar keburukan orang lain dengan segala bentuk sindiran, cacian dan makian? Ada yang bilang, "Makin kelihatan aslinya, nih teman-temanku". "Kau seolah bukan dirimu!" Ada juga yang bikin status bahwa dirinya barusan memutus sejumlah pertemanan Facebook yang bicara negatif soal pilpres. "Lebih tenang hidupku tanpa kalian!" katanya.
Kadang saya malah berpikir, kayaknya capres yang banyak jadi korban kampanye hitam, itukah yang layak dipilih? Ya, saya sih positive thinking aja. Nggak semua yang negatif-negatif harus kita telen mentah-mentah, kan? Diolah dulu, direnungkan, logis enggak, seberapa besar kemungkinan itu terjadi, bagaimana kedepannya kalau itu benar terjadi.
Sekarang kalau boleh dihitung, kampanye hitam atau kampanye negatif sudah lebih banyak saya temui daripada yang mendukung secara positif, loh. Jadi yang negatif ini justru layak juga dapat hatian untuk bahan perhitungan.
Memasuki bulan puasa, seakan semua tidak juga mereda. Katanya puasa itu harus bisa ngerem segala perkataan yang tidak berguna, membuka aib orang lain, eh... bukan hanya penampilannya sebagai capres, malah masa lalunya bahkan latar belakang keluarga dengan segala aibnya dibongkar juga. Aduuuh... malah ada yang main fitnak segala! Ini apa sih?
Walaupun ada juga yang tetap cool saja, menyimak dan memperhatikan, sesekali komentar yang hanya mencoba mengungkit sedikit tanpa menunjukkan keberpihakan. Malahan sempat saya lihat ada yang cemooh sana-sini, walaupun tak berpihak tapi seolah tidak suka keduanya. Wah ini warna yang lain lagi.
Ada juga yang terang-terangan menyatakan jenuh dan bosen dengan kicauan teman-teman fesbuknya. Yang diomongin kok pro dan kontra sama calon-calon itu. Ah, pokoknya media sosial jadi makin rame saja. Itu baru dari Facebook. Di twitter, bahkan BBM pun rame mem-bully capres tertentu. Tak jarang juga parodi-parodi atau lelucon yang sengaja dibuat untuk sekedar membuang kejenuhan akibat tegangnya urat saraf di belantara social media.
Memang terasa sekali temperatur di dalam media sosial ini. Menghangat! Betapa tidak? Teman yang tadinya tidak pernah nongol di Facebook, mendadak bisa jadi pengamat politik yang beken. Komentarnya seabreg. Benar-benar seru! Kalau server Facebook tidak kuat, bisa meledak tuh, hanya gara-gara Jelang Pilpres 2014 di Indonesia.
Nah, sekarang semuanya seharusnya sudah berakhir. Tidak ada cercaan, hinaan, cemoohan dan sindiran lagi. Hari tenang sudah tiba sampai hari pencoblosan tanggal 9 Juli 2014 nanti. Sekarang silahkan dilanjutkan puasanya, konsentrasi dalam setiap doa, direnungkan kembali, tetapkan dan mantapkan kemali pilihan kita. Apapun hasilnya, siapapun Presidennya, kita tetap berharap untuk yang terbaik bagi kemajuan bangsa ini.
Selamat mencoblos!
Bahkan dalam media sosial seperti Facebook pun ikut rame menulis tentang ini. Baik yang mendukung pasangan calon presiden-wakil presiden (capres-cawapres) tertentu, maupun yang mengolok-olok pasangan lain yang tidak didukungnya. Selain status yang dipasang, juga komentar-komentar yang tak kalah rame. Bahkan ada yang panjang komentarnya melebihi 500 karakter, baik yang mendukung maupun yang sebaliknya. Ada juga yang sengaja memasang link-link yang bertaut ke pemberitaan tertentu, kemudian rame-rame dikomentari.
Apalagi kalau malamnya ada debat capres-cawapres di televisi. Paginya pasti rame tuh. Saling mengutuk perkataan semalam. Nggak capres yang nomor satu maupun nomor dua, pokoknya dimana ada kata-kata yang dianggap bisa dikritik, dikritiklah. Panjang kali lebar! Seru sekali.
Saya justru terkesan sama yang namanya 'kampanye hitam' atau 'kampanye negatif'. Memang kecenderungan yang saya lihat justru lebih banyak unsur yang demikian. Begitu tercengangnya saya ketika melihat seorang yang kelihatannya baik-baik,mendadak berkata-kata sepedas itu di media sosial . Kata-kata kasar yang sebenarnya tidak pantas diucapkanpun terlontar dalam mencemooh calon presiden yang tidak disukainya. Bahkan lebih hebat lagi, mereka malah berantem sendiri sesama pendukung yang berlainan calon presidennya.
Yah, tapi itu sah-sah saja. Kampanye hitam yang sekian tahun lalu seakan menjadi hal "terlarang", sekarang benar-benar dibebaskan. Apakah ini benar-benar mencerminkan demokrasi yang sesungguhnya, atau justru karena kemunduran mental bangsa yang cenderung gemar menebar keburukan orang lain dengan segala bentuk sindiran, cacian dan makian? Ada yang bilang, "Makin kelihatan aslinya, nih teman-temanku". "Kau seolah bukan dirimu!" Ada juga yang bikin status bahwa dirinya barusan memutus sejumlah pertemanan Facebook yang bicara negatif soal pilpres. "Lebih tenang hidupku tanpa kalian!" katanya.
Kadang saya malah berpikir, kayaknya capres yang banyak jadi korban kampanye hitam, itukah yang layak dipilih? Ya, saya sih positive thinking aja. Nggak semua yang negatif-negatif harus kita telen mentah-mentah, kan? Diolah dulu, direnungkan, logis enggak, seberapa besar kemungkinan itu terjadi, bagaimana kedepannya kalau itu benar terjadi.
Sekarang kalau boleh dihitung, kampanye hitam atau kampanye negatif sudah lebih banyak saya temui daripada yang mendukung secara positif, loh. Jadi yang negatif ini justru layak juga dapat hatian untuk bahan perhitungan.
Memasuki bulan puasa, seakan semua tidak juga mereda. Katanya puasa itu harus bisa ngerem segala perkataan yang tidak berguna, membuka aib orang lain, eh... bukan hanya penampilannya sebagai capres, malah masa lalunya bahkan latar belakang keluarga dengan segala aibnya dibongkar juga. Aduuuh... malah ada yang main fitnak segala! Ini apa sih?
Walaupun ada juga yang tetap cool saja, menyimak dan memperhatikan, sesekali komentar yang hanya mencoba mengungkit sedikit tanpa menunjukkan keberpihakan. Malahan sempat saya lihat ada yang cemooh sana-sini, walaupun tak berpihak tapi seolah tidak suka keduanya. Wah ini warna yang lain lagi.
Ada juga yang terang-terangan menyatakan jenuh dan bosen dengan kicauan teman-teman fesbuknya. Yang diomongin kok pro dan kontra sama calon-calon itu. Ah, pokoknya media sosial jadi makin rame saja. Itu baru dari Facebook. Di twitter, bahkan BBM pun rame mem-bully capres tertentu. Tak jarang juga parodi-parodi atau lelucon yang sengaja dibuat untuk sekedar membuang kejenuhan akibat tegangnya urat saraf di belantara social media.
Memang terasa sekali temperatur di dalam media sosial ini. Menghangat! Betapa tidak? Teman yang tadinya tidak pernah nongol di Facebook, mendadak bisa jadi pengamat politik yang beken. Komentarnya seabreg. Benar-benar seru! Kalau server Facebook tidak kuat, bisa meledak tuh, hanya gara-gara Jelang Pilpres 2014 di Indonesia.
Nah, sekarang semuanya seharusnya sudah berakhir. Tidak ada cercaan, hinaan, cemoohan dan sindiran lagi. Hari tenang sudah tiba sampai hari pencoblosan tanggal 9 Juli 2014 nanti. Sekarang silahkan dilanjutkan puasanya, konsentrasi dalam setiap doa, direnungkan kembali, tetapkan dan mantapkan kemali pilihan kita. Apapun hasilnya, siapapun Presidennya, kita tetap berharap untuk yang terbaik bagi kemajuan bangsa ini.
Selamat mencoblos!
0 komentar:
Posting Komentar