Barangkali memang sudah dari sononya kita ditakdirkan untuk bisa merayu. Sejak dari zaman Nabi Adam juga sudah ada kemampuan merayu, kan? Masih ingat, nggak, bagaimana Hawa merayu Adam untuk memakan “buah terlarang” itu? Jadi, wajar saja kalau kemudian semua keturunannya juga jadi jago merayu.
Apalagi dengan adanya evolusi peradaban dan manusia, kemampuan merayu pun menjadi semakin canggih. Hehehe… Jadi jagoan merayu semua, deh! Lihat saja, anak-anak kecil sekarang, sudah pandai sekali mereka merayu. Ya, apa nggak?!
Anak saya yang kecil itu baru berumur lima tahun juga sudah pintar merayu. Terutama kalau sedang dimarahin. Dia selalu bilang, "Bapak, jangan marah-marah donk.... Kalau marah nanti gantengnya ilang!"
Lagian, siapa sih yang tidak senang dirayu? Bohong deh, kalau ada yang bilang, “Saya paling tidak suka dirayu!” Maksudnya tidak senang dirayu, barangkali! Mestinya, ya tergantung dari model rayuannya seperti apa. Ada yang senang dirayu dengan puisi-puisi cinta, ada yang senang dirayu dengan diberi hadiah, tapi ada juga yang senangnya dirayu dengan perbuatan-perbuatan tak terduga. Tiba-tiba dibikinin telor dadar, misalnya. Wah, ini pengalaman siapa, ya?
Yah.... Walaupun mungkin tidak ada maksud untuk merayu, hanya sekedar untuk memberikan perhatian atau simpati, tetapi bisa juga lho, ini masuk sebagai salah satu bentuk rayuan. Rayuan yang manis tentunya! Huu.... Gombal!
Rayuan juga tidak melulu berurusan dengan yang namanya cinta atau seks, tetapi juga dipraktekkan untuk hal-hal yang lain. Tukang jualan, misalnya. Pernah, kan didekati sama penjual produk apa, gitu? Rayuannya juga maut, kan?! Kadang-kadang sulit bagi kita menolak untuk tidak membeli dagangan mereka. Rasanya nggak enak saja kalau nggak beli. Agak sedikit terpaksa, juga, sih! Tapi bagi mereka, rayuannya berhasil dengan sangat sukses.
Merayu memang sering menjerumus ke arah pemaksaan. Apalagi kalau kemudian orang yang merayu itu merasa gagal. Mulai deh, emosinya kemudian muncul. Apalagi kalau urusannya soal duit. Bisa dikuras habis! Manyun doank buntutnya.
Kalau di kantor, urusannya sama jabatan. Dalam hal ini juga banyak rayuan maut yang menjebak. Namanya juga politik kantor, ada saja cara yang dipakai. Misalnya saja merayu agar mau pindah ke departemen yang baru dibuka. Rayuannya berupa gaji yang lebih tinggi, fasilitas yang lebih baik, dan bahkan bonus yang sangat menjanjikan. Giliran sudah pindah, ternyata, eh... karier di sana mentok... tok... tok... habis! Mana resikonya besar pula! Reseh banget, kan?
Maka sebaiknya berhati-hatilah kita dalam menghadapi segala bentuk rayuan yang ada. Selalu waspada dan berani untuk bertindak tegas. Prinsip dan idealisme harus selalu dipegang teguh. Jangan pernah takut untuk berkata "tidak". Jangan juga takut untuk “berbeda”. Selama memang itu benar, kenapa harus takut? Ho ho ho....
Terlebih untuk urusan politik, nih, ya jangan mudah kena rayuan berupa janji orang-orang itu! Banyak yang gombal! Pikirkan matang-matang sebelum memutuskan sesuatu. Jangan yang dipikirkan hanya untuk urusan kepentingan dan kesenangan pribadi saja. Ingat selalu bahwa kita ini semua bersaudara! Satu nusa, satu bangsa, dan satu tanah air. Oke? Selamat nyoblos!
0 komentar:
Posting Komentar