Senja masih bercengkrama dengan suara-suara angin dan deru ombak. Udara terasa hangat menghembus ke wajah yang letih. Sejenak mengheningkan diri dengan segumpal harapan yang tak pernah hilang. Sesekali melemparkan kerikil ke arah laut sambil membuang angan-angan yang tersabur antara kenyataan dan kepalsuan.
Tidak banyak yang bisa mengubah angan-angan itu selagi angin hanya sekedar berhembus, tak membawa perubahan apapun selain hujan kata-kata yang ditebarkan ke langit. Tidak semua orang sama dalam memahami cerita dan pesan di baliknya. Cenderungnya akan selalu saja menilai buku dari sampulnya.
Maka cemburulah hanya kepada ombak yang memesrai pantai, kepada ciuman yang membelai setiap saat. Jangan kepada badai yang hanya datang semusim sekali. Harusnya kaupahami letihnya penantian dalam kesendirian menunggu musim baru yang kadang tidak muncul tepat waktu. Tidak juga banyak yang bisa dilakukan buat mengubah sejarah ini sekarang.
Namun yang selalu jelas tersirat disetiap berkas sinar bintang-bintangmu hanyalah kebencian. Tak pernah kausadari bahwa perasaan itu hanya membuang energi yang dari pelepasan cahayanya yang redup-terang. Kamu selalu membuat nafasku berhenti hanya untuk bayang-bayangmu yang kelam. Kamu selalu membakar belantara cinta ini hanya dengan sepercik api yang tak pernah terduga datangnya.
Sayangku, aku capek! Aku tidak lagi bermain dengan boneka-boneka Barbie dan Pangerannya. Dimana sebuah cinta dibangun dengan kemesraan yang harus nampak seindah-indahnya untuk dinikmati. Aku hanya bermain peran untuk hari-hariku sendiri, sebuah kenyataan yang sudah terlanjur kita langkahi. Yang aku harapkan hanyalah kebersamaan. Jangan selalu kauragukan sebentuk prasasti yang pernah kita ukir di masa lampau. Tidak akan berubah, Sayangku!
Seringkali kaupaksa aku meringkuk dalam kehampaan ini, sendiri. Tidak pernah kaudengarkan raungan serigala dalam dada ini, maunya apa. Yang kaudengarkan hanyalah nyanyian burung yang selalu berkicau menyambut pagi yang hangat, juga rintihan hujan yang selalu membawa udara ini menjadi beku. Berharap bisa bercanda ria dengan nyanyian alam. Tapi setiap kali bayangan itu datang, kaupun mencampakkan aku seketika. Sakit!
Tidak banyak yang bisa mengubah angan-angan itu selagi angin hanya sekedar berhembus, tak membawa perubahan apapun selain hujan kata-kata yang ditebarkan ke langit. Tidak semua orang sama dalam memahami cerita dan pesan di baliknya. Cenderungnya akan selalu saja menilai buku dari sampulnya.
Maka cemburulah hanya kepada ombak yang memesrai pantai, kepada ciuman yang membelai setiap saat. Jangan kepada badai yang hanya datang semusim sekali. Harusnya kaupahami letihnya penantian dalam kesendirian menunggu musim baru yang kadang tidak muncul tepat waktu. Tidak juga banyak yang bisa dilakukan buat mengubah sejarah ini sekarang.
Namun yang selalu jelas tersirat disetiap berkas sinar bintang-bintangmu hanyalah kebencian. Tak pernah kausadari bahwa perasaan itu hanya membuang energi yang dari pelepasan cahayanya yang redup-terang. Kamu selalu membuat nafasku berhenti hanya untuk bayang-bayangmu yang kelam. Kamu selalu membakar belantara cinta ini hanya dengan sepercik api yang tak pernah terduga datangnya.
Sayangku, aku capek! Aku tidak lagi bermain dengan boneka-boneka Barbie dan Pangerannya. Dimana sebuah cinta dibangun dengan kemesraan yang harus nampak seindah-indahnya untuk dinikmati. Aku hanya bermain peran untuk hari-hariku sendiri, sebuah kenyataan yang sudah terlanjur kita langkahi. Yang aku harapkan hanyalah kebersamaan. Jangan selalu kauragukan sebentuk prasasti yang pernah kita ukir di masa lampau. Tidak akan berubah, Sayangku!
Seringkali kaupaksa aku meringkuk dalam kehampaan ini, sendiri. Tidak pernah kaudengarkan raungan serigala dalam dada ini, maunya apa. Yang kaudengarkan hanyalah nyanyian burung yang selalu berkicau menyambut pagi yang hangat, juga rintihan hujan yang selalu membawa udara ini menjadi beku. Berharap bisa bercanda ria dengan nyanyian alam. Tapi setiap kali bayangan itu datang, kaupun mencampakkan aku seketika. Sakit!
0 komentar:
Posting Komentar