Ini mengingatkan saya pada kisah Roro Jonggrang dulu. Pembuatan seribu candi yang menjadi sarat bagi sang Pangeran untuk melamar sang Putri. Pada akhirnya sang Pangeran yang bernama Bandung Bondowoso itu tidak mampu mewujudkan keinginan Roro Jonggrang sepenuhnya. Seribu candi yang harus diselesaikannya dalam waktu semalam itu hanya mampu dibuat sebanyak 999 buah. Yang satu belum sempat dibuat keburu waktunya sudah habis, karena sesuai kesepakatan seribu candi itu harus sudah kelar setelah terdengarnya kokok ayam jantan yang pertama di pagi hari.
Sebenarnya dengan sarat seperti itu Jonggrang hendak menolak lamaran Bandung Bondowoso. Tapi dia lupa kalau Bondowoso ini adalah seorang pangeran sakti. Dia sendiri juga sombong, sih. Takut seribu candinya selesai, maka Jonggrangpun membuat tipu muslihat dengan menyuruh warga menyalakan lampu di kandang-kandang ayam agar ayam jantan berkokok saat itu juga. Padahal masih tengah malam buta.
"Maaf ya, mas Bandung! Setelah saya hitung, candinya kok cuman sembilan ratus sembilan puluh sembilan biji, yah? Kurang satu, nih!" katanya.
"Masa, sih? Dik Jonggrang?" sahut Bondowoso. "Tapi meskipun begitu, kamu mau 'kan jadi pacar aku?"
"Nggak bisa, Mas! Perjanjian tetap perjanjian!" tandas Jonggrang.
"Yaah, kamu kok gitu sih? Kamu 'kan udah liat sendiri, aku dah berusaha, nih." Bandung berusaha buat negosiasi lagi. "Lagian kalau tinggal satu itu mah gampang! Kasih waktu sedikit lagi juga udah kelar, kok!"
"Nggak, Mas! Bagaimana aku bisa menerimamu, sedangkan kamu tidak mampu menyelesaikan apa yang menjadi keinginan aku? Haruskah aku menerima seorang cowok yang nantinya mau jadi suami, tapi dia tidak bisa menuruti apa mauku? Walaupun dia seorang pangeran.... Bagaimana kamu bisa ngebahagiain aku nanti?"
Sang Pangeran merasa tersinggung dengan ucapan Jonggrang. Mukanya merah merona, telinganya panas, hatinya membara, mulutnya menganga, untung tidak sampai ngiler. Dengan geramnya ia lantas mengutuk Jonggrang.
"Baiklah, Jonggrang! Kalau memang itu maumu. Asal kamu tahu, bahwa candi yang keseribu itu adalah... KAMU!!!"
Mendadak tubuh jonggrangpun membeku, mengeras jadi batu. Candi itu sekarang yang kita kenal dengan candi Prambanan. Disitu ada sosok Roro Jonggrang berupa patung perempuan yang berdiri di atas seekor sapi yang mendekam.
Begitulah. Sistem kebut semalam (SKS) yang berakhir kutukan. Semoga nggak terjadi sama tugas yang ntar malem mau kubikin. Tugas yang menjadi sarat menggapai keinginan itu harusnya sudah kelar sebulan yang lalu. Tapi karena kesibukan lain yang luar biasa menguras tenaga. Walaupun waktu tersedia cukup namun tenaga yang membentuk mood dan semangatpun tak memadai.
Sekarang deadline pun tiba. Tak ada pilihan selain mengerahkan tenaga maupun segenap kemampuan menuju fokus yang diharapkan, yaitu menggapai keinginan.
Jadi benar kata Iwan Fals dalam lagunya yang berjudul "Seperti Matahari", bahwa keinginan adalah sumber penderitaan. Jadi kita lihat saja, kalau penderitaan mulai menghimpit, kutukan pasti tak akan terhindarkan. Minimal sumpah serapah! Hehehe....
Sebenarnya dengan sarat seperti itu Jonggrang hendak menolak lamaran Bandung Bondowoso. Tapi dia lupa kalau Bondowoso ini adalah seorang pangeran sakti. Dia sendiri juga sombong, sih. Takut seribu candinya selesai, maka Jonggrangpun membuat tipu muslihat dengan menyuruh warga menyalakan lampu di kandang-kandang ayam agar ayam jantan berkokok saat itu juga. Padahal masih tengah malam buta.
"Maaf ya, mas Bandung! Setelah saya hitung, candinya kok cuman sembilan ratus sembilan puluh sembilan biji, yah? Kurang satu, nih!" katanya.
"Masa, sih? Dik Jonggrang?" sahut Bondowoso. "Tapi meskipun begitu, kamu mau 'kan jadi pacar aku?"
"Nggak bisa, Mas! Perjanjian tetap perjanjian!" tandas Jonggrang.
"Yaah, kamu kok gitu sih? Kamu 'kan udah liat sendiri, aku dah berusaha, nih." Bandung berusaha buat negosiasi lagi. "Lagian kalau tinggal satu itu mah gampang! Kasih waktu sedikit lagi juga udah kelar, kok!"
"Nggak, Mas! Bagaimana aku bisa menerimamu, sedangkan kamu tidak mampu menyelesaikan apa yang menjadi keinginan aku? Haruskah aku menerima seorang cowok yang nantinya mau jadi suami, tapi dia tidak bisa menuruti apa mauku? Walaupun dia seorang pangeran.... Bagaimana kamu bisa ngebahagiain aku nanti?"
Sang Pangeran merasa tersinggung dengan ucapan Jonggrang. Mukanya merah merona, telinganya panas, hatinya membara, mulutnya menganga, untung tidak sampai ngiler. Dengan geramnya ia lantas mengutuk Jonggrang.
"Baiklah, Jonggrang! Kalau memang itu maumu. Asal kamu tahu, bahwa candi yang keseribu itu adalah... KAMU!!!"
Mendadak tubuh jonggrangpun membeku, mengeras jadi batu. Candi itu sekarang yang kita kenal dengan candi Prambanan. Disitu ada sosok Roro Jonggrang berupa patung perempuan yang berdiri di atas seekor sapi yang mendekam.
Begitulah. Sistem kebut semalam (SKS) yang berakhir kutukan. Semoga nggak terjadi sama tugas yang ntar malem mau kubikin. Tugas yang menjadi sarat menggapai keinginan itu harusnya sudah kelar sebulan yang lalu. Tapi karena kesibukan lain yang luar biasa menguras tenaga. Walaupun waktu tersedia cukup namun tenaga yang membentuk mood dan semangatpun tak memadai.
Sekarang deadline pun tiba. Tak ada pilihan selain mengerahkan tenaga maupun segenap kemampuan menuju fokus yang diharapkan, yaitu menggapai keinginan.
Jadi benar kata Iwan Fals dalam lagunya yang berjudul "Seperti Matahari", bahwa keinginan adalah sumber penderitaan. Jadi kita lihat saja, kalau penderitaan mulai menghimpit, kutukan pasti tak akan terhindarkan. Minimal sumpah serapah! Hehehe....
0 komentar:
Posting Komentar