Sore yang indah. Walaupun tanpa kicauan burung yang biasa ramai di sarangnya (Sarangnya udah dibersihin. Nggak lagi ngotor-ngotorin tembok di beranda rumah).
Matahari belum terbenam, masih nongol di sela-sela dahan. Entah mengapa tiba-tiba hati terasa hampa. Padahal seharian aktivitas berjalan sesuai skedul, harusnya seneng donk? Nggak tahu juga. Pikiran kok kosong. Nggak ada ide.... Impoten! How could it be so fool?
Apalagi untuk nulis blog. Sudah buka leptop, mau ngetik apa ya? Kok jadi mati gaya gini sih?
Menjaga konsistensi memang berat. Pengennya bisa eksis, maunya update blog minimal seminggu sekali. Tapi kenyataannya jauh dari harapan.
Kalau lagi gini inget waktu ikut pelajaran di sekolah, tepatnya pelajaran Bahasa Indonesia pas kalau disuruh ngarang. Oh, why God! I can't believe this! Lebih baik saya push up atau lari keliling sekolah deh daripada harus mengarang. *lebay
Kalau disuruh ngarang tuh pasti sukanya nyritain waktu liburan ke rumah nenek di desa. Awal mula cerita pasti dimulai dengan "Pada suatu hari, bla, bla, bla, bla, ... ." itu sudah seperti Indonesia Raya di waktu upacara bendera.
Untungnya nenekku dulu masih ada dan memang tinggal di sebuah desa yang jauh dari tempat saya tinggal. Saya kan tinggal di kota, jadi cerita dalam karangan saya biasanya tidak jauh-jauh dari kenyataan. Coba kalau misalnya saat itu sudah tidak punya nenek, pastilah aku sudah bisa ngibul dari dulu. Bikin karangan bebas yang jauh dari kenyataan. Itulah mengapa saya tidak terbiasa ngarang. Ada baiknya juga sih, saya bisa jadi orang jujur sampai sekarang. *ehm... kata siapa
"Ayo, anak-anak! Ibu Guru pengen nanya, siapa yang tadi pagi belum sikat gigi?"
Tidak ada yang tunjuk jari.
"Siapa yang tadi pagi belum mandi?"
Masih juga tidak ada yang mau tunjuk jari. Ibu guru mulai melihat satu-satu muridnya.
"Hendro, kamu tadi pagi sudah mandi?"
"Belum, Bu!" jawabku jujur apa adanya.
"Lho, kenapa tidak mandi?"
"Takut gantengnya ilang, Bu!"
Halah! Pantesan teman-teman pada menjauh, habisnya bauku kayak demit! Tapi untung kebiasaan itu tidak kebawa sampai sekarang. Hehe... .
Biasanya untuk nulis blog saya langsung dapet ide dari baca status teman-teman di Fesbuk, baca kicauan dari beberapa sumber yang saya ikuti di Twitter, atau dari celoteh teman-teman di grup WhatsApp ataupun BlackBerry. Tapi kali ini bener-bener tumpul. Blank! Gak ada ide. Ya, sejujurnya ini perlu saya katakan, bukan? Biar senantiasa dinilai bahwa saya benar-benar orang jujur gitu loh!
Terkadang sampai iri melihat blog teman-teman yang selalu update. Selalu ada saja yang dia bahas. Mulai dari cerita tidak bermutu sampai tips-tips yang berguna bagi aktivitas sehari-hari. Padahal saya juga sudahmenirukan mengadop gaya dia bercerita, bahkan kentutpun sudah pernah saya jadikan bahan pembicaraan di blog ini. Apa dayaku, kalau si Pungguk merindukan bulan mungkin sama beruntungnya denganku.
Ya sudah... nggak ada ide juga nggak perlu dipaksain. Daripada ngalor-ngidul nggak tentu. Dah dulu ya? Bai-bai?
Matahari belum terbenam, masih nongol di sela-sela dahan. Entah mengapa tiba-tiba hati terasa hampa. Padahal seharian aktivitas berjalan sesuai skedul, harusnya seneng donk? Nggak tahu juga. Pikiran kok kosong. Nggak ada ide.... Impoten! How could it be so fool?
Apalagi untuk nulis blog. Sudah buka leptop, mau ngetik apa ya? Kok jadi mati gaya gini sih?
Menjaga konsistensi memang berat. Pengennya bisa eksis, maunya update blog minimal seminggu sekali. Tapi kenyataannya jauh dari harapan.
Kalau lagi gini inget waktu ikut pelajaran di sekolah, tepatnya pelajaran Bahasa Indonesia pas kalau disuruh ngarang. Oh, why God! I can't believe this! Lebih baik saya push up atau lari keliling sekolah deh daripada harus mengarang. *lebay
Kalau disuruh ngarang tuh pasti sukanya nyritain waktu liburan ke rumah nenek di desa. Awal mula cerita pasti dimulai dengan "Pada suatu hari, bla, bla, bla, bla, ... ." itu sudah seperti Indonesia Raya di waktu upacara bendera.
Untungnya nenekku dulu masih ada dan memang tinggal di sebuah desa yang jauh dari tempat saya tinggal. Saya kan tinggal di kota, jadi cerita dalam karangan saya biasanya tidak jauh-jauh dari kenyataan. Coba kalau misalnya saat itu sudah tidak punya nenek, pastilah aku sudah bisa ngibul dari dulu. Bikin karangan bebas yang jauh dari kenyataan. Itulah mengapa saya tidak terbiasa ngarang. Ada baiknya juga sih, saya bisa jadi orang jujur sampai sekarang. *ehm... kata siapa
"Ayo, anak-anak! Ibu Guru pengen nanya, siapa yang tadi pagi belum sikat gigi?"
Tidak ada yang tunjuk jari.
"Siapa yang tadi pagi belum mandi?"
Masih juga tidak ada yang mau tunjuk jari. Ibu guru mulai melihat satu-satu muridnya.
"Hendro, kamu tadi pagi sudah mandi?"
"Belum, Bu!" jawabku jujur apa adanya.
"Lho, kenapa tidak mandi?"
"Takut gantengnya ilang, Bu!"
Halah! Pantesan teman-teman pada menjauh, habisnya bauku kayak demit! Tapi untung kebiasaan itu tidak kebawa sampai sekarang. Hehe... .
Biasanya untuk nulis blog saya langsung dapet ide dari baca status teman-teman di Fesbuk, baca kicauan dari beberapa sumber yang saya ikuti di Twitter, atau dari celoteh teman-teman di grup WhatsApp ataupun BlackBerry. Tapi kali ini bener-bener tumpul. Blank! Gak ada ide. Ya, sejujurnya ini perlu saya katakan, bukan? Biar senantiasa dinilai bahwa saya benar-benar orang jujur gitu loh!
Terkadang sampai iri melihat blog teman-teman yang selalu update. Selalu ada saja yang dia bahas. Mulai dari cerita tidak bermutu sampai tips-tips yang berguna bagi aktivitas sehari-hari. Padahal saya juga sudah
Ya sudah... nggak ada ide juga nggak perlu dipaksain. Daripada ngalor-ngidul nggak tentu. Dah dulu ya? Bai-bai?
0 komentar:
Posting Komentar