Yaah... BBM naik kok malah hore? Seneng ya? Nggak sih... Siapa yang seneng coba? Habisnya sudah capek menggerutu, nih. Biar demo-demo sampai mati juga pasti tetep naik 'dah! Mendingan hore sajalah.
Masalahnya kalau harga BBM naik tuh bukan hanya bahan bakar berupa minyak saja yang naik. Gas juga pasti naik, angkutan umum juga taripnya naik, bahkan sembako juga pasti ikutan naik harga. Kalau begini siapa yang bahagia?
Yang bahagia bisa jadi orang yang nggak ngeh dengan kenaikan BBM. Tapi di jaman kayak gini, siapa yang nggak ngeh? Kalau dulu orang masih pada naik sepeda onthel, kendaraan umum masih berupa kereta kuda, barangkali saja masih ada orang yang tidak masalah dengan kenaikan BBM. Kalaupun ada pengaruhnya pada kenaikan harga bahan pangan yang tidak terlalu besar. Tapi itu dulu, jaman kuda gigit besi. Sekarang ini jamannya kuda gigit roti, barangkali bukan manusia kalau tidak terpengaruh kenaikan harga BBM.
Tapi hidup ini kan selalu harus dihadapi. Kalau pemerintah bersikeras menaikkan harga BBM tentunya ada alasan yang cukup kuat untuk itu. Ini bukan berarti dalam hal ini saya pro pemerintah lho. Saya hanya berposisi sebagai pihak yang mencoba survive dengan keadaan, bagaimana menyikapi sesuatu dengan sebaik-baiknya, sepositif mungkin yang saya bisa. Jadi hidup harus tetap indah dan seksi 'kan?
Kendaraan bermotor sudah semakin banyak, kemacetan sudah menjadi masalah kronis yang tak kunjung bisa dipecahkan. Setidaknya mengurangi jumlah kendaraan bermotor yang berlalu lalang di jalan bisa mengurangi macet. Yang masih bisa naik sepeda onthel ya silahkan nggowes, disamping lebih sehat, ya irit energi, mengurangi polusi udara, mengurangi macet juga.
Sebenarnya saya malah ingin seperti jaman nenek moyang dulu: naik kuda! Nggak usah capek-capek ngonthel, tapi bisa lebih cepat. Bahkan tidak perlu lewat jalan raya, bisa shortcut ke gunung-gunung dan lembah. Tapi sayang kondisi budaya dan keadaan jaman sekarang tidak memungkinkan untuk itu. Terlebih lagi kantor tempat saya bekerja letaknya di tengah kota. Tidak kebayang bagaimana saya menunggang kuda di perkotaan, lalu memarkir kuda saya di halaman depan kantor yang sudah bergaya modern seperti sekarang ini. Bisa jadi saya dianggap gila. Gara-gara BBM naik kok gila, ya jangan.
Masalahnya kalau harga BBM naik tuh bukan hanya bahan bakar berupa minyak saja yang naik. Gas juga pasti naik, angkutan umum juga taripnya naik, bahkan sembako juga pasti ikutan naik harga. Kalau begini siapa yang bahagia?
Yang bahagia bisa jadi orang yang nggak ngeh dengan kenaikan BBM. Tapi di jaman kayak gini, siapa yang nggak ngeh? Kalau dulu orang masih pada naik sepeda onthel, kendaraan umum masih berupa kereta kuda, barangkali saja masih ada orang yang tidak masalah dengan kenaikan BBM. Kalaupun ada pengaruhnya pada kenaikan harga bahan pangan yang tidak terlalu besar. Tapi itu dulu, jaman kuda gigit besi. Sekarang ini jamannya kuda gigit roti, barangkali bukan manusia kalau tidak terpengaruh kenaikan harga BBM.
Tapi hidup ini kan selalu harus dihadapi. Kalau pemerintah bersikeras menaikkan harga BBM tentunya ada alasan yang cukup kuat untuk itu. Ini bukan berarti dalam hal ini saya pro pemerintah lho. Saya hanya berposisi sebagai pihak yang mencoba survive dengan keadaan, bagaimana menyikapi sesuatu dengan sebaik-baiknya, sepositif mungkin yang saya bisa. Jadi hidup harus tetap indah dan seksi 'kan?
Kendaraan bermotor sudah semakin banyak, kemacetan sudah menjadi masalah kronis yang tak kunjung bisa dipecahkan. Setidaknya mengurangi jumlah kendaraan bermotor yang berlalu lalang di jalan bisa mengurangi macet. Yang masih bisa naik sepeda onthel ya silahkan nggowes, disamping lebih sehat, ya irit energi, mengurangi polusi udara, mengurangi macet juga.
Sebenarnya saya malah ingin seperti jaman nenek moyang dulu: naik kuda! Nggak usah capek-capek ngonthel, tapi bisa lebih cepat. Bahkan tidak perlu lewat jalan raya, bisa shortcut ke gunung-gunung dan lembah. Tapi sayang kondisi budaya dan keadaan jaman sekarang tidak memungkinkan untuk itu. Terlebih lagi kantor tempat saya bekerja letaknya di tengah kota. Tidak kebayang bagaimana saya menunggang kuda di perkotaan, lalu memarkir kuda saya di halaman depan kantor yang sudah bergaya modern seperti sekarang ini. Bisa jadi saya dianggap gila. Gara-gara BBM naik kok gila, ya jangan.
0 komentar:
Posting Komentar