Kalau di akhir tahun banyak kebisaan orang membikin-bikin kaleidoskop, memasuki awal tahun begini banyak orang yang suka membuat resolusi untuk satu tahun kedepan. Seperti awal tahun lalu saya ditanya, "Apa resolusimu di tahun 2011?" Waktu itu saya menjawabnya begini: Resolusi tahun 2011: 1280 x 600 megapixels LED Touchscreen. Yang bertanya malah jadi bengong mendengar jawaban saya. Tak sadar saya juga ketularan bengong darinya. Ternyata jawaban saya nggak nyambung!
Habisnya, saya nggak ngerti apa yang dia maksud dengan "resolusi". Istilah "resolusi" yang saya kenal saat itu hanyalah resolusi berhubungan dengan jumlah pixel suatu layar monitor komputer, atau layar gadget semacam hape. Makin besar resolusinya, maka makin besar pula susunan dot matrix yang tersusun atas pixel-pixel, baik pada layar tabung, layar LED maupun LCD. Jadi ketika saya ditanya resolusi, yang terbayang dalam pikiran saya waktu itu adalah sebuah komputer tablet, semacam iPad dan kawan-kawan.
Jadi sebenarnya resolusi saya tercapai donk! Karena akhirnya saya memiliki PlayBook dan masih aktif dan setia sebagai pengguna sampai sekarang. Resolusi layar PlayBook kan tepat sama dengan ukuran yang saya sebut di atas. Hehehe... Jadi kalau di tahun 2012 ini harus ada resolusi baru, ya gampang! Tinggal pilih saja pesawat televisi monitor layar LCD atau LED yang sekian inch. Pasti resolusinya ada yang lebih besar tuh!
Bagaimana dengan pamornya yang meredup dan akhirnya padam di akhir tahun? Yaah, itu lain cerita. Lagian itu juga bukan masalah saya. Itu masalah bagi sang Produsen. Saya kan user/konsumen? Selama layanan purna jualnya tidak mengecewakan, it's OK! Buktinya di akhir tahun mereka juga masih menambah berbagai aplikasi di AppWorld, termasuk game fenomenal Angry Birds yang sudah lama ada di iPad dan di Android. Terlambat jauh sih, mahal pula!
Biarpun begitu, saya tidak kecewa sedikitpun. Redupnya citra RIM saat ini tidak mempengaruhi kinerja produk yang sudah terlanjur saya beli. Penurunan pamor itu bukan hanya karena kegagalan dalam hal pemasaran produk PlayBook, tapi juga karena sempat matinya layanan BlackBerry selama berhari-hari di beberapa belahan benua di luar sana. Itu sih kayaknya kecelakaan. Maksimal sabotase, atau apalah! Di dalam negri juga pernah terjadi kericuhan sewaktu ada penjualan produk BlackBerry dengan harga diskon. Dampaknya memang jadi luar biasa. Bagaikan jatuh tertimpa tangga, berulang kesialan menghampiri RIM, sang Produsen ponsel dan layanan BlackBerry sekaligus produsen tablet yang digadang sebagai pesaing iPad itu.
Operating System PlayBook yang bernama QNX itu juga dikategorikan sebagai kegagalan tekhnologi di tahun 2011, sebagaimana Honeycomb milik Android. Contoh kegagalan tekhnologi lainnya adalah Operating System berbasis web: WebOS. Dampak parahnya, tablet PlayBook yang baru sampai dibanting harganya. Dulu saya beli yang 64GB seharga hampir tujuh juta pada awal kedatangannya di Indonesia, di akhir tahun banting harga hanya tinggal kurang lebih dua jutaan! Itupun masih nggak laku lagi!
Yang jelas semua itu tidak mempengaruhi fungsi gadget yang telah saya pilih, yaitu PlayBook. Nyatanya Operating Systemnya yang bernama QNX itu tetap berjalan mulus. Aplikasi yang berjalan di atasnya, game-gamenya, juga multitaskingnya, bahkan sampai sekarang saya masih bisa ngetik postingan ini, sekaligus mengunggahnya tepat di awal tahun 2012 yang sexy ini. Lebih baik memiliki dan bisa menggunakan sesuai fungsinya daripada beli cuma buat ditenteng trus dipamer-pamerin kan? Jangan-jangan malah nggak bisa makek tuh! Sama juga donk, gaptek!
Habisnya, saya nggak ngerti apa yang dia maksud dengan "resolusi". Istilah "resolusi" yang saya kenal saat itu hanyalah resolusi berhubungan dengan jumlah pixel suatu layar monitor komputer, atau layar gadget semacam hape. Makin besar resolusinya, maka makin besar pula susunan dot matrix yang tersusun atas pixel-pixel, baik pada layar tabung, layar LED maupun LCD. Jadi ketika saya ditanya resolusi, yang terbayang dalam pikiran saya waktu itu adalah sebuah komputer tablet, semacam iPad dan kawan-kawan.
Jadi sebenarnya resolusi saya tercapai donk! Karena akhirnya saya memiliki PlayBook dan masih aktif dan setia sebagai pengguna sampai sekarang. Resolusi layar PlayBook kan tepat sama dengan ukuran yang saya sebut di atas. Hehehe... Jadi kalau di tahun 2012 ini harus ada resolusi baru, ya gampang! Tinggal pilih saja pesawat televisi monitor layar LCD atau LED yang sekian inch. Pasti resolusinya ada yang lebih besar tuh!
Bagaimana dengan pamornya yang meredup dan akhirnya padam di akhir tahun? Yaah, itu lain cerita. Lagian itu juga bukan masalah saya. Itu masalah bagi sang Produsen. Saya kan user/konsumen? Selama layanan purna jualnya tidak mengecewakan, it's OK! Buktinya di akhir tahun mereka juga masih menambah berbagai aplikasi di AppWorld, termasuk game fenomenal Angry Birds yang sudah lama ada di iPad dan di Android. Terlambat jauh sih, mahal pula!
Biarpun begitu, saya tidak kecewa sedikitpun. Redupnya citra RIM saat ini tidak mempengaruhi kinerja produk yang sudah terlanjur saya beli. Penurunan pamor itu bukan hanya karena kegagalan dalam hal pemasaran produk PlayBook, tapi juga karena sempat matinya layanan BlackBerry selama berhari-hari di beberapa belahan benua di luar sana. Itu sih kayaknya kecelakaan. Maksimal sabotase, atau apalah! Di dalam negri juga pernah terjadi kericuhan sewaktu ada penjualan produk BlackBerry dengan harga diskon. Dampaknya memang jadi luar biasa. Bagaikan jatuh tertimpa tangga, berulang kesialan menghampiri RIM, sang Produsen ponsel dan layanan BlackBerry sekaligus produsen tablet yang digadang sebagai pesaing iPad itu.
Operating System PlayBook yang bernama QNX itu juga dikategorikan sebagai kegagalan tekhnologi di tahun 2011, sebagaimana Honeycomb milik Android. Contoh kegagalan tekhnologi lainnya adalah Operating System berbasis web: WebOS. Dampak parahnya, tablet PlayBook yang baru sampai dibanting harganya. Dulu saya beli yang 64GB seharga hampir tujuh juta pada awal kedatangannya di Indonesia, di akhir tahun banting harga hanya tinggal kurang lebih dua jutaan! Itupun masih nggak laku lagi!
Yang jelas semua itu tidak mempengaruhi fungsi gadget yang telah saya pilih, yaitu PlayBook. Nyatanya Operating Systemnya yang bernama QNX itu tetap berjalan mulus. Aplikasi yang berjalan di atasnya, game-gamenya, juga multitaskingnya, bahkan sampai sekarang saya masih bisa ngetik postingan ini, sekaligus mengunggahnya tepat di awal tahun 2012 yang sexy ini. Lebih baik memiliki dan bisa menggunakan sesuai fungsinya daripada beli cuma buat ditenteng trus dipamer-pamerin kan? Jangan-jangan malah nggak bisa makek tuh! Sama juga donk, gaptek!
0 komentar:
Posting Komentar