Bedebah yang satu ini memang sudah kelewatan. Gara-gara dia nih, aku jadi tidak enak makan, tidak nyenyak tidur, bahkan kemesraan dengan orang tercinta juga jadi hilang. Mau kerja jadi nggak semangat, mau main juga nggak asik, bahkan mau nonton bokep juga nggak nafsu. Semuanya gara-gara bedebah satu ini.
Jadi tolol juga akhirnya. Masa' gara-gara bedebah itu hidup saya jadi malang begini? Hidup tak hendak mati tak mau? Kalau caranya begini, saya bisa mati muda, atau kalau nggak ya jadi gila, atau minimal impoten! Beh!
Dunia jadi terasa sempit. Bayangkan, seribu macam makanan tidak enak rasanya di mulut. Maunya setelah dikunyah 2 – 3 kali langsung dimuntahkan saja.
Hati juga terasa sempit. Gerah. Maunya marah-marah saja. Kasihan anak sama istri nih, jadi luapan kemarahan yang tidak jelas juntrungannya. Kalau tidak mampu kontrol bisa gila beneran nih!
Nafsu juga hilang. Nafsu makan jelas-jelas tidak ada. Nafsu lainnya nggak nongol juga kayaknya. Biar ada cewek bahenol menari-nari telanjang di depan mata kayaknya nggak menarik deh, impoten jadinya.
Wah bedebah yang satu ini memang luar biasa eksesnya. Semangat jadi hilang sama sekali. Kalau nafsu sudah tidak ada, mana mungkin semangat mau menyala? Kalau pekerjaan di kantor jadi terbengkalai barangkali juga karena tidak adanya semangat kerja. Kalau bos marah, itu bisa jadi lebih parah lagi.
Nanti akan saya tunjukkan bedebah macam apa yang membuatku seperti itu. Akan aku tunjukkan gambarnya disini. Ya, gambarnya ada. Akan saya pampang disini agar Anda yang membaca blog ini juga waspada kalau menemukan bedebah seperti yang saya temui sekarang. Waspadalah!
Mungkin juga bedebah itu pulalah yang membuat blog saya jadi kurang update akhir-akhir ini. Betapa tidak? Kepekaan jadi hilang. Kreativitas, daya imajinasi, dan segala bentuk kecerdasan yang saya miliki jadi lumpuh total gara-gara bedebah ini.
Yang selalu muncul hanya imajinasi kerusakan, imajinasi penuh ledakan bom, penuh hujan peluru menembus daging dan memercikkan darah. Persis seperti adegan film-film perang bersenjata, semacam film jadul yang dibintangi Sylvester Stallone: Rambo. Huuu! Semoga saja postingan ini tidak dibaca oleh teroris, bisa-bisa aku direkrut, tambah konyol deh aku.
Sabar itu tidak ada batasnya. Kalau ada batasnya, namanya ya tidak sabar.
Untungnya aku masih manusia yang selalu kembali ke jalan lurus manakala dunia membelokkan ke jalan-jalan penuh liku dan bukit yang mendaki. Dalam kegelapan seperti itu kita kembali ke nurani dan mengurut lagi benang merah, ke mana harus melangkah. Akhirnya bedebah itu tak lagi mengikutiku, mengekor seperti kentut berbau yang tak mau hilang.
Bagaimanapun juga kan kita sendiri yang musti baik-baik dalam mengendalikan diri. Memang kadang susah mau melepaskan diri dari pengaruh sesuatu yang bersifat eksternal semacam bedebah itu. Tapi inilah hidup: ada siang, ada malam; ada bedebah, ada nurani.
Kalau Anda masih penasaran dengan si Bedebah itu, klik disini. Lihat mukanya baik-baik. Perhatikan sosoknya. Jangan pernah berfikir untuk meremehkan yang seperti itu. Selamat berjuang!
0 komentar:
Posting Komentar