Tak terasa sudah dua tahun di Gorontalo, tiga kali pindah rumah. Pertama, waktu datang pertama kali di kota ini. Kedua waktu kontrakan pertama habis, dan ketiga waktu kontrakan rumah kedua habis.
Ternyata pindah rumah bukan sekedar pindah barang dan personilnya saja. Penyesuaian diri perlu dimulai lagi. Pembenahan di sana-sini untuk menunjang aktivitas sehari-hari juga harus dilakukan. Semua itu butuh waktu, tenaga dan tak jarang menimbulkan stress jiwa-raga.
Kali ini Alhamdulillaah sudah tidak ngontrak lagi. Rumah dengan tiga kamar ini kami beli dari seseorang yang kebetulan lagi butuh duit. Relatif lebih murah dibandingkan membeli di perumahan yang baru dibangun.
Lumayan, rumah ini sudah dalam keadaan direnovasi lengkap dengan pintu pagar dan teralis di setiap jendela. Kamar mandinya ada di setiap kamar tidur. Tinggal mengisinya dengan sejumlah perabotan seperlunya.
Tadinya tidak ada niat beli rumah di Gorontalo. Maunya beli di Jawa saja. Disamping perusahaan tempatku bekerja mungkin masih akan memutasiku keliling Indonesia, toh pada akhirnya nanti aku akan pulang juga ke Jawa Tengah, tanah kelahiranku disana. Tapi keinginan untuk membeli rumah sudah ada juga, mengingat pindah-pindah setiap habis kontrakan akan capek juga. Terutama kalau yang empunya rumah menaikkan biaya kontrakannya. Terpaksa pindah ke rumah yang harganya masih standar sesuai kemampuan. Lalu aku berfikir, apa salahnya beli rumah disini? Anakku yang kedua 'kan lahir disini? Jadi bisa sekaligus sebagai "monumen sejarah" kelahiran anakku itu.
Suatu saat kalau anakku sudah besar dan aku sudah tidak lagi di Gorontalo, kalau dia bertanya, "Kok lahirku di Gorontalo? Memangnya di rumah siapa?" Dengan adanya rumah ini aku bisa menjawab.
Suatu saat kalau anakku sudah besar dan aku sudah tidak lagi di Gorontalo, kalau dia bertanya, "Kok lahirku di Gorontalo? Memangnya di rumah siapa?" Dengan adanya rumah ini aku bisa menjawab.
Tapi sesudah ini aku perlu "menahan nafas" dulu. Karena pengeluaran untuk membeli rumah sudah cukup besar, sehingga keinginan untuk membeli ini-itu harus ditahan dulu. Temasuk rencana membeli motor juga harus ditahan. Padahal jarak dari rumah baru ke kantor kali ini lebih jauh dibanding rumah lama ke kantor.
Pelan-pelan saja. Tak perlu buru-buru untuk bahagia. Banyak menahan diri, menahan emosi, kalau perlu puasa Senin-Kamis. Hehe...
Semoga rumah ini menjadi surga bagi kami. Amin!
2 komentar:
amin...amin..semoga menjadi rumah yang membawa barokah dan rejeki bagi penghuninya....
Thanks...
Posting Komentar