DUH, SAYANGKU! Mengapa juga engkau menempatkan Cinta pada skema yang rumit? Padahal aku hanyalah lelaki yang kautemui diantara dering telefon, serta cerita-cerita yang kutulis sambil memelototi kartu-kartu yang bergambar.
Telefon itu, telefon itulah sebenarnya yang telah mempertemukan kita sebelum pompa bensin, kedai susu, gedung bioskop, rel kereta, bandara dan jalanan yang mengantar kita menuju ke pantai.
Maka, mengakulah, kau hanya memungut kartu namaku yang terjatuh di pantai, sebelum kau cium wanginya lumpur di tamanku yang permai. Lalu kau sengaja memasang jebakan untuk memikat burung yang hendak kau piara dalam sangkar.
Tidak tahukah engkau bahwa dirimu telah jatuh tersungkur dalam jebakanmu sendiri dan tersipu-sipu malu karena tak bisa melepaskan diri.
Kalau memang engkau tidak bisa jujur, maka susurilah jalanan di tepi rel kereta itu untuk kautemukan dari mana datangnya Cinta.
Jangan sampai kaulupakan skenario yang telah kita tulis bersama, sebab di sana tidak ada kata Cinta, dan di jalanan kita hanya menemukan kerinduan.
Mungkin kau memang terlanjur mencintaiku, tetapi belum kaucintai debu-debu di sekujur tubuhku.
Karena itu janganlah lantas engkau menangisi arwahmu yang tersesat di ujung sunyi, manakala aku tak sanggup berkelahi dengan hati nuraniku sendiri.
Sementara aku juga tidak ingin bom terus meledak di rumahku untuk kesekian kalinya.
Biarpun hujan gerimis tidak lagi menyanyikan kesetiaan. Dan kesetiaanlah yang sekarang telah menjadi sampah dari peradaban yang jauh... .
Seperti engkau tahu, hati nuraniku tidak pernah mendamba adegan kekerasan Cinta seperti yang engkau saksikan di dalam cerita telenovela. Nuraniku lebih lembut dari salju dan nuranimu jangan kau lumuri dengan air mata saja.
Memang aku tidak bisa menyalahkanmu karena Cinta, melainkan karena seonggok harapan yang kaucuri dariku. Sementara aku tidak pernah merasa memberikannya untukmu, apalagi menyematkannya dalam hatimu.
Untuk itu tak perlu kauteruskan mimpi membangun rumah biru untuk cinta kita. Rumah biru yang ingin kaubangun dekat sawah ladang tempat kita bertani dan bersetubuh nanti!
Sayangku, marilah kita akhiri telenovela kita ini sebelum terlambat. Sebelum kau terhina, menungguku dengan pakaian pengantin dan boneka-boneka yang lucu.
Lalu susurilah sungai hingga kau menemukan pantai penghabisan untuk Cinta di genggamanmu. Karena di pantaiku tak ada pelabuhan untukmu.
0 komentar:
Posting Komentar